Type Here to Get Search Results !

38. KISAH PERANG BADR #4-6

 Setelah umat Islam mengalami intimidasi, kesulitan, dan duka meninggalkan kampung halaman mereka di Mekah. Meninggalkan harta dan keluarga di sana. Rasulullah ﷺ mengadakan rencana penyergapan kafilah Quraisy. Hal itu merupakan respon dari permusuhan yang mereka lakukan selama ini. Para sahabat Muhajirin dan Anshar pun berkumpul dan bersiaga melakukan penyergapan.

Namun rencana dan persiapan matang bukanlah sesuatu yang pasti terjadi. Manusia sekelas Rasulullah ﷺ pun hanya mampu berencana, namun Allah ﷻ melakukan apa yang Dia kehendaki. Penyergapan gagal. Kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb berhasil melarikan diri. Malah Quraisy berbalik melakukan persiapan matang untuk berperang. Mereka hendak memberi pelajaran kelompok kecil kaum muslimin agar orang-orang se-Jazirah Arab jangan pernah meremehkan Quraisy. Begitu kata Abu Jahal.

Nabi ﷺ bersama para sahabatnya keluar dari Madinah pada tanggal 12 Ramadhan tahun 2 H. Beliau ﷺ tidak mewajibkan setiap kaum muslimin untuk ambil bagian menuju Badar. Karena keberangkatan ini hanya bertujuan menyergap kafilah Quraisy bukan untuk berperang. Hanya untuk menghadang kafilah yang membawa 1000 onta, 50.000 dinar emas, dan hanya dijaga oleh 40 orang. Tentu saja hal ini sebagai balasan dari perbuatan Quraisy yang telah merampas harta mereka selama di Mekah. Namun sayang, rencana ini berhasil diketahui Abu Sufyan. Ia pun mengubah rute kafilahnya.

Mengetahui pergerakan umat Islam dari Madinah, Quraisy segera menyiapkan pasukan besar untuk berperang. Mereka membawa 1300 pasukan. 600 di antaranya pasukan berbaju besi. Dan 100 di antaranya penunggang kuda. Mereka juga membawa onta dalam jumlah yang besar. Sementara kaum muslimin hanya berjumlah 314 orang. Ada yang mengatakan 319 orang. 83 di antaranya adalah kaum Muhajirin.

Nabi ﷺ duduk khusyuk bermunajat kepada Rabbnya. Memohon pertolongan kepada Maha Penolong. Beliau ﷺ berdoa:

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ

“Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim no 1763).

Dalam riwayat lain

للّهُمّ هَذِهِ قُرَيْشٌ قَدْ أَقْبَلَتْ بِخُيَلَائِهَا وَفَخْرِهَا ، تُحَادّك وَتُكَذّبُ رَسُولَك ، اللّهُمّ فَنَصْرَك الّذِي وَعَدْتنِي ، اللّهُالْغَدَاةَ مّ أَحِنْهُمْ

“Ya Allah, Inilah Quraisy. Mereka datang dengan segala kesombongan dan kebanggan mereka. Mereka menantang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, kurniakan kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pada pagi ini.” (Sirah Ibnu Hisyam: 3/164).

Sampai-sampai rida’ beliau terjatuh dari pundaknya karena begitu tingginya beliau mengangkat tangannya ke arah langit. Melihat keadaan demikian, Abu Bakar merasa tak sampai hati. Ia taruh kembali rida’ Nabi ﷺ di atas pundaknya dan mendekapkannya. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, munajatmu kepada Rabbmu telah mencukupi. Dia pasti memenuhi apa yang Dia janjikan kepadamu”. Nabi ﷺ pun keluar dari tendanya, kemudian membacakan firman Allah ﷻ,

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS:Al-Qamar | Ayat: 45).

Perang besar pertama ini pun dimenangkan oleh kaum muslimin. 70 orang-orang musyrik tewas di medan Badar. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh Quraisy. Seperti: Abu Jahal, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, al-Ash bin Hisyam bin al-Mughirah. Dari pihak kaum muslimin, 14 orang menemui syahidnya. 6 orang Muhajirin. Dan 8 orang Anshar. Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H (ar-Rahiq al-Makhtum oleh al-Mubarakfury, Hal: 197-201).

Kemenangan ini benar-benar berdampak positif terhadap kaum muslimin. Ini merupakan ‘hadiah’ dari Allah ﷻ atas kesabaran orang-orang yang beriman. Orang-orang Arab pun segan terhadap negara Madinah. Sebagaimana juga orang-orang Quraisy tidak lagi meremehkan kaum muslimin dan terus-menerus menganggap mereka lemah.

Referensi: islamstory.com

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more: https://kisahmuslim.com/

Pilihan Allah Adalah Yang Terbaik (Pelajaran dari Perang Badar)

Semua orang punya harapan. Tapi tak semua harapan mereka menjadi kenyataan. Sebagian kecewa dan sebagian lagi menerima bahkan ada yang ridha. Yang perlu diyakini dengan sepenuh keyakinan, semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah. Dia memilihkannya untuk hamba-hamba-Nya. Sehingga tampaklah siapa yang sabar dan ridha terhadap ketentuannya. Dan siapa yang berkeluh kesah dan marah atas ketetapannya.

Pilihan Allah adalah yang terbaik, walaupun kita menginginkan yang sebaliknya. Karena Dia Maha Bijaksana dalam menetapkan suatu perkara. Dan Dia Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. Karena Dia Maha Penyayang, tentulah yang Dia tetapkan adalah wujud kasih sayangnya terhadap para hamba.

Dalah kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya, begitu banyak nilai dan pelajaran yang dapat diteladani. Berkaitan dengan hal ini, kita bisa meneladani dan mengambil hikmah dari peristiwa Perang Badar.

Dalam peristiwa Badar, Rasulullah dan para sahabat dihadapkan pada dua kemungkinan. Menurut sangkaan mereka, dan ini kemungkinan besar. Mereka akan menghadapi kafilah dagang Abu Sufyan yang tak bersenjata. Kemudian kemungkinan kecil, berhadapan dengan pasukan Quraisy bersenjata lengkap. Dan hal ini tidak mereka inginkan. Ternyata Allah membuat peluang kecil tadi yg berubah menjadi nyata. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan hal tersebut.

وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” [Quran Al-Anfal: 7].

Di akhir kisah, Rasulullah dan para sahabat memenangkan Perang Badr. Kedudukan mereka di mata musyrik Mekah menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Padahal sebelumnya mereka lebih memilih bertemu kelompok yang mudah ditaklukkan. Ternyata Allah memberikan ketetapan yang bukan mereka harapkan. Dampaknya, pilihan Allah memberikan faidah lebih besar daripada pilihan mereka di awal.

Pelajaran bagi kita adalah walaupun pilihan (takdir) Allah untuk kita terkadang terasa pahit, tapi dibalik hal itu ada kebaikan yang jauh lebih besar dari apa yang kita pilih. Seandainya yang kita inginkan tidak terjadi, maka sukailah pilihan Allah untuk kita. Janganlah kita bersedih atau malah sampai berputus asa, karena pilihan Allah untuk kita lebih baik dari pilihan kita untuk diri kita sendiri.

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more: https://kisahmuslim.com/