Type Here to Get Search Results !

KEMULIAAN HASAN DAN HUSEIN

Kita akan membahas sebagian sejarah dari dua Sahabat yang mulia Al-Hasan dan Al-Hussein yang disebut dengan Al-Hasanain.

Dan keduanya merupakan cucu dari Nabi shalallahu'alaihi wasam Hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Arqam radhiallahu'anhu beliau berkata, 

"Pada suatu hari Rasulullah berdiri berkhutbah di suatu sumber (mata air) yang disebut Khumm yang terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliau bersabda:

أَمَّا بَعْدُ أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِيْ

"Amma ba’d."

Ketahuilah wahai saudara-saudara sekalian bahwa aku adalah manusia seperti kalian.  Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat pencabut nyawa) akan datang, lalu aku menjawabnya. Aku akan meninggalkan di tengah kalian "Tsaqalain (dua hal yang berat)", yaitu :

Pertama, Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, karena itu ambillah kitabullah dan berpegang teguhlah kalian kepadanya.’ Beliau menghimbau dan mendorong untuk mengikuti Kitabullah. 

Kemudian beliau melanjutkan,

Kedua, dan ahlulbaitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlubaitku. Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali."

(HR. Shahih Muslim)

◇ Ulama mengatakan kenapa dikatakan Tsaqalain, yaitu :

"Tsiqal (berat), dua hal yang berat yaitu Alquran dan Ahlul Bait."

Karena agungnya dua perkara ini dan perkaranya besar.

Maka Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam memperingatkan kaum mukminin, mengingatkan untuk memberikan perhatian kepada dua perkara ini;

1. ALQURAN.

Alquran diperhatikan dengan diikuti, dijalankan.

2. AHLUL BAIT.

Ahlul Bait diperhatikan dengan dimuliakan.

Diantara Aqidah Ahlul Sunnah adalah mencintai Ahlul Bait, tentunya jika mereka bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Namun jika mereka bermaksiat tentunya kita tidak suka dengan maksiat yang mereka lakukan.

Tetapi secara umum Aqidah Ahlul Sunnah adalah mencintai Ahlul Bait.

Karenanya kita akan bahas diantara dua Ahlul Bait yang Masyhur yang kita cintai yaitu cucu Nabi shalallahu'alaihi wasallam, Al-Hasan dan Al-Hussein radhiallahu Ta'ala 'anhuma.

Kita tahu bahwasanya Al-Hasan dan Al-Hussein adalah anak-anak dari hasil pernikahan dua orang yang mulia,

Yaitu Ali bin Abi Thalib dan Fatimah bintu Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

Tentunya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, karena Nabi mencintai Ali bin Abi Thalib.

Bahkan Ali bin Abi Thalib sejak kecil sudah tinggal dirumah Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Karena Abu Thalib ayahnya Ali adalah seorang yang miskin, maka Nabi ingin meringankan bebannya Abu Thalib.

Maka Nabipun mengambil Ali untuk dirawat dirumahnya, kemudian Al-Abbas bin Abdul Muthalib mengambil anak yang lain untuk dirawat olehnya

? Bagaimana pernikahan Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu dengan Fatimah binti Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

▪️Usia keduanya ketika menikah.

- Adapun Ali bin Abi Thalib ketika menikah dengan Fatimah umurnya adalah 25 tahun.

- Sementara Fatimah berumur 18 tahun.

▪️Proses pernikahan mereka.

Suatu hari Ali sedang duduk memikirkan untuk menikah, ingin meminang putri Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam yaitu Fatimah.

Tetapi dia malu untuk menyampaikannya kepada Rasulullah sahalallahu'alaihi wasallam.

Bagaimana Ali tidak malu, sementara ayahnya Fatimah adalah Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

Maka beberapa sahabat datang kepada Ali bin Abi Thalib dan menyemangati Ali bin Abi Thalib untuk berani maju menyampaikan lamaran kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

◆ Dari Buraidah radhiallahu'anhu berkata,

"Beberapa orang Anshar berkata kepada Ali: "Wahai Ali bukankah kamu ingin menikahi Fathimah?" 

Maka Ali kemudian memberanikan diri menemui Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dan mengucapkan salam.

Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkata,

"Ada keperluan apa kau wahai Ali bin Abi Thalib.?"

Ali berkata dengan malu-malu,

"Wahai Rasulullah, aku ingin meminang Fatimah putri Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam."

Maka Rasulullah hanya berkomentar,

"Marhaban wa Ahlan,"

(Nabi tidak mengucapkan kata-kata lain).

Ali pun keluar bertemu dengan sekelompok orang tersebut dan mereka menunggu hasilnya.

Mereka bertanya,

"Bagaimana hasilnya.?"

Ali berkata,

"Aku tidak tahu hasilnya apa, hanya saja Rasulullah berkata kepadaku, Marhaban wa Ahlan."

Maka sahabat-sahabat tersebut berkata,

"Cukup Rasulullah kalau mengatakan salah satu diantara keduanya, Marhaban saja berarti diterima, atau wa Ahlan saja juga berarti diterima. Apalagi berkata keduanya Marhaban wa Ahlan, berarti sudah sangat diterima."

◇ Disebutkan sebagian riwayat, bahwasanya diantara para sahabat yang menyemangati Ali bin Abi Thalib untuk meminang Fatimah adalah,

- Abu Bakar Ash Shiddiq

- Umar Al Faruq

- Saad bin Muadz

Ini menunjukan bahwasanya hubungan para sahabat diatara mereka baik, dan bagaimana Abu Bakar dan Umar dan Saad bin Muadz mencintai Ali bin Abi Thalib, mereka ingin kebaikan bagi Ali bin Abi Thalib.

Mereka memotivasi Ali bin Abi Thalib untuk meminang dan melamar Fatimah radhiallahu'anha.

Bagaimana tidak, lihatlah Abu Bakar radhiallahu'anhu yang pernah berkata dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

◆ Beliau Abu Bakar berkata,

Beliau berkata,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَرَابَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِي

“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih aku sukai untuk aku sambung (silaturahmi) daripada kerabatku sendiri.”

(HR. Bukhari nomor 3712 dan Muslim nomor 1759)

Karena para sahabat tau bagaimana kemuliaan Ahlul Bait, bagaimana wasiat Nabi untuk memperhatikan Ahlul Bait.

Maka menikahlah mereka berdua.

▪️Adapun mahar yang diberikan oleh Ali kepada Fatimah.

Ketika Ali mau menikah kepada Fatimah, Ali berkata,

"Ya Rasulullah aku ingin menikah dengan Fatimah dan serumah dengan Fatimah."

Kata Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam,

"Berikanlah sesuatu mahar kepada Fatimah."

Kata Ali bin Abi Thalib,

"Ya Rasulullah saya tidak punya apa-apa untuk kasih mahar kepada Fatimah."

Kata Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam,

"Mana baju perangmu, baju perang mahal, maka kasih baju perangmu kepada Fatimah."

Harus ada Mahar sebagai bentuk pemuliaan kepada istri.

Ali tidak mungkin memberikan baju perang kepada Fatimah, maka dia jual baju perangnya kepada Utsman bin Affan radhiallahu'anhu.

Utsman bin Affan akhirnya membeli baju perang tersebut dengan harga 480 Dirham (sekitar 170 gr emas).

Ini bentuk bagaimana Ali bin Abi Thalib memuliakan Fatimah radhiallahu'anha.

Kemudian setelah baju tersebut dijual kepada Utsman dan Itsman bayar, lalu Utsman menghadiahkan kembali baju perang tersebut kepada Ali bin Abi Thalib sebagai hadiah pernikahan mereka.

Maka Ali pun membawa mahar Baju Perang dan Dirham kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.

Inilah bagaimana persaudaraan yang sangat nampak saling mencintai diantara para sahabat radhiallahu'anhum.

Tidak seperti yang di gembar-gemborkan oleh orang-orang Syi'ah, yang menggambarkan seakan-akan para sahabat membenci Ahlul Bait dan riwayat-riwayat dusta yang mereka ada-adakan.

Sesungguhnya yang sampai kepada kita adalah hadits-hadits riwayat yang shahihah, bahwasanya para sahabat saling mencintai dan saling menghormati diantara mereka dengan Ahlul Bait.

▪️Ali bin Abi Thalib mempersiapkan pernikahan yang berkah ini.

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam juga mempersiapkan putrinya.

Apa yang dipersiapkan oleh Nabi untuk putrinya agar malam pengantin bersama Ali bin Abi Thalib.

◇ Yang dipersiapkan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam diantaranya,

- Qathifah, Kain yang agak tebal

- Qirbah, tempat air

- Bantal yang terbuat dari kulit yang disamak kemudian diisi dengan semacam rerumputan yang lembut supaya enak ditiduri

- Dua Roha, alat untuk menggiling gandum

- Dua tempat air

- Tempat tidur yang di pintal

- Minyak wangi

- Sebagian baju

Para Sahabat ikut serta dalam pernikahan tersebut.

◆ Disebutkan dalam riwayat,

Ketika Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mempersiapkan rumahnya Ali dengan Fatimah, atau mempersiapkan barang-barang rumah tangga. Maka Rasulullah mengirim para sahabat untuk membeli barang-barang tersebut setelah Ali memberikan uang kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Maka Rasulullah mengutus,

- Bilal bin Rabbah

- Amar bin Yasir

- Salman Al Farisi

- Kemudian Nabi menjadikan Abu Bakar sebagai pengawas mereka untuk pembelian barang-barang tersebut.

Maka mereka pergi kepasar, mereka membelikan barang-barang, kemudian mereka bawa kepada Abu Bakar bagaimana, kalau sudah pantas untuk dibeli maka mereka beli.

Jadi kerjasama para sahabat, mereka ikut bergembira dengan pernikahan Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah radhiallahu'anha.

★ Itulah yang disampaikan oleh Allah Ta'ala dalam Alquran QS. Al-Fath Ayat 29,

مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰهِ‌ ؕ وَالَّذِيۡنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ 

"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka."

[QS. Al-Fath : 29]

Ini hukum asal diantara para sahabat Nabi, mereka saling berkasih sayang diantara mereka.

Kalau ada dalil yang mengatakan mereka saling benci, itu keluar dari hukum asal. Harus ada dalil yang shahih.

▪️Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengundang Para Sahabat.

Diantara para sahabat yang diundangan dalam pernikahan tersebut adalah,

- Abu Bakar As Shiddiq

- Umar bin Khattab

- Utsman bin Affan

- Thalhah bin Ubaidillah

- Zubair bin Awwam

Dan mereka bergembira dengan pernikahan saudara mereka Ali bin Abi Thalib.

Oleh karenanya Ali bin Abi Thalib mencintai mereka, sampai diantaranya anak-anak Ali bin Abi Thalib ada yang namanya,

- Abu Bakar

- Umar

- Utsman

◆ Sebagian sahabat dari Buraidah menyebutkan,

Rasulullah berkata, 

"Kalau ada pernikahan harus ada walimah."

Sa'ad bin Mu'adz berkata,

"Saya yang akan tanggung kambing."

Kemudian sebagian kaum Anshor menanggung makanan, ada yang membawa jagung dan yang lainnya.

Intinya mereka ingin mengadakan walimah yang meriah antara Ali dan Fatimah.

▪️Anak-anak Ali bin Abi Thalib dan Fatimah radhiallahu'anha.

Setelah mereka menikah pada tahun 2 Hijriah setelah Perang Badar, mereka memiliki anak-anak yang mulia.

◇ Mereka memiliki 5 orang anak diantaranya,

1. Al-Hasan, lahir pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriah.

2. Al-Hussein, lahir pada bulan Syaban tahun 4 Hijriah. 3. Al-Muhsin atau Al-Muhasin, meninggal ketika masih kecil.

4. Zainab bintu Ali

5. Ummu Kultsum bintu Ali, yang dinikahi oleh Umar bin Khattab radhiallahu'anhu, punya anak yang bernama Zaid bin Umar.

Inilah pernikahan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah.

Selama Ali tinggal bersama Fatimah, Ali tidak berpoligami.

Bahkan ketika Ali ingin berpoligami menikah dengan putrinya Abu Jahal, maka Nabi shalallahu'alaihi wasallam menegurnya karena tidak setuju dengan beberapa hal.

Intinya setelah Fatimah radhiallahu'anha meninggal, baru kemudian Ali menikah dengan wanita-wanita yang lain.

▪️Diantara yang dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib adalah;

⚡Asma Binti Umays radhiallahu'anha.

Kemudian memiliki beberapa anak-anak, 

- Yahya 

- Aunan 

- Muhammad 

⚡Khaulah binti Ja'far Al-Hanafiyah.

Kemudian punya anak yang Masyhur yaitu,

- Muhammad Ibnu Hanafiyah, untuk membedakan dia dengan putra-putrinya Fatimah, maka dia dinisbahkan kepada ibunya Al-Hanafiyah.

⚡Ummul Banin

⚡Umamah bintu Ash

⚡Ummu Said bintu Urwah bin Mas'ud 

⚡Laila binti Mas’ud

Anak-anak Ali yang dari Fatimah yang hidup hanya Al-Hasan dan Al-Hussein.

Dari mereka berdua inilah kemudian Dzurriyat (keturunan) Nabi shalallahu'alaihi wasallam berlanjut hingga sekarang dan sampai hari kiamat kelak. 

Semuanya keturunan Al-Hasan dan Al-Hussein radhiallahu'anhu.

? Keistimewaan Al-Hasan dan Al-Hussein radhiallahu'anhu

▪️Mereka dikenal dengan, "Al-Hasanain" maksudnya Hasan dan Hussein.

▪️Mereka memiliki beberapa Lakob atau gelar,

1️⃣ As-Sibthain.

Yaitu dari kata Asshibtu ( السِّبْطُ ), maksudnya cucu dari anak perempuan. 

Karena dua orang Shibtoniy Rasulullahu shalallahu'alaihi wasallam. 

Mereka dikenal dengan dua cucu Nabi shalallahu'alaihi wasallam dari putri Nabi yaitu Fatimah radhiallahu'anha.

◆ Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam pernah berkata tentang Hussein, beliau berkata;

 حُسَيْنٌ مِنِّي وَ أَنَا مِنْ حُسَيْنٍ، أَحَبَّ اللهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا، حُسَيْنٌ سِبْطٌ مِنَ الأسْبَاطِ 

“Husain termasuk bagian dariku dan aku termasuk bagian darinya, Allah akan mencintai siapa saja yang mencintai Hussein. Dan Hussein adalah satu umat di antara umat-umat yang lain dalam kebaikannya”

(Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah)

2️⃣ Roihanatain Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Roihana maksudnya adalah tumbuhan yang memiliki aroma yang sangat wangi.

◆ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: 

هُمَا رَيْحَانَتَايَ مِنَ الدُّنْيَا. رواه البخاري 

“Keduanya (Hasan dan Hussein) adalah dua buah tangkai bungaku yang harum milikku di dunia”. 

(Riwayat al-Bukhari dan lainnya, Fathul Bâri VII/95, no. 3753)

◇ Hal ini tidak lain karena Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam sering,

- Menciumi Hasan dan Hussein.

- Gembira kalau bertemu dengan mereka.

- Memeluk mereka.

- Sayang kepada mereka berdua.

3️⃣ Ash Sayyidan.

Adalah dua Sayyid, karena dua-duanya adalah Sayyid.

◆ Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

الحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ الْجَنَّةِ

Maknanya: “al-Hasan dan al-Hussein adalah Sayyid (pemimpin) para pemuda di surga”. 

(HR. Tirmidzi)

4️⃣ Gelar bagi Al-Hasan adalah Khomisul Khulafa yaitu Khalifah yang ke 5.

Sebagian orang mengatakan Khalifah ke 5 adalah Umar bin Abdul Azis, ini adalah kesalahan.

Benar Umar bin Abdul Azis adalah khlifah yang sangat mulia dan adil, tetapi dia tidak sebanding Al-Hasan.

◆ Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ

“Khilafah kenabian itu bertahan selama 30 tahun kemudian Allah mendatangkan raja-raja kepada yang Allah kehendaki.

(HR. Ahmad)

◇ Khilafah kenabian selama 30 tahun kalau dihitung dari sisi kepemimpinan adalah;

- Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama dua tahun tiga bulan.

- kekhalifahan Umar berlangsung selama 10,5 tahun.

- Kekhalifahan Utsman berlangsung selama 12 tahun.

- Kekhalifahan Ali berlangsung selama empat tahun sembilan bulan.

- Dan kekhalifahan al-Hasan berlangsung selama enam bulan.

(Al Bidayah wan Nihayah).

Dengan demikian, benarlah bahwa al-Hasan merupakan

khalifah kelima berdasarkan hadits kakeknya, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam yaitu Khilafatun Nubuwah.

?Diantara Keistimewaan  Al-Hasan dan Al-Hussein radhiallahu'anhu.

1️⃣ Memiliki nasab yang termulia.

Mereka berdua keturunan dari Bani Hasyim dan keturunan Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

2️⃣ Hasan dan Hussein adalah nama yang diberikan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Ketika Fatimah melahirkan Hasan maka Ali ingin memberi nama yang lain seperti Al-Harf atau Ja'far.

Tapi Nabi mengatakan tidak, 

"Aku diperintahkan oleh Allah untuk menamakan mereka ."

3️⃣ Nabi shalallahu'alaihi wasallam pernah bermuhabalah dengan kaum Nashoro dan Najron.

Ketika Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengirim surat kepada orang-orang Nashoro yang berada di Najron agar mereka masuk Islam.

Ketika surat Nabi sampai kepada mereka, mereka memutuskan untuk mengirim delegasi kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Maka dikirimlah 14 orang diantara orang-orang mulia kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Tatkala mereka bertemu dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam, terjadi diskusi antara mereka dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam. Kemudian Nabi menyuruh mereka untuk masuk Islam.

Kata mereka,

"Tidak, kami tidak akan masuk Islam, kami sudah lebih dulu Islam dari pada kalian,"

Mereka tidak mau merubah dari Nashoro menjadi Islam.

Maka Nabi berkata,

"Kalian terhalangi dari Islam karena tiga perkara;

1. Kalian bukan Islam, bagaimana mau Islam sementara kalian menyembah salib.

2. Kalian makan babi.

3. Kalian menyangka Allah punya anak.

Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkata;

"Isa adalah hamba Allah dan Rasul Nya bukan Tuhan. Dan itu adalah kalimat yang Allah lemparkan kepada maryam seorang gadis yang perawan yang Allah mengatakan 'Kun fayakun' maka lahirlah Nabi Isa 'alaihisallam."

Merekapun marah ketika Nabi debat mereka, dan mereka berkata;

"Kami tidak pernah bertemu dan melihat ada seorangpun yang lahir tanpa ayah, ketika Isa lahir tanpa ayah berarti dia anak Tuhan."

Ini logika mereka karena tidak ada orang yang lahir tanpa ayah.

Maka turunlah Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk membantah mereka.

★ Allah Ta'ala berfirman dalam Quran Surat Ali-Imron ayat 59 - 60;

اِنَّ مَثَلَ عِيۡسٰى عِنۡدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ‌ؕ خَلَقَهٗ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ

"Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."

اَلۡحَـقُّ مِنۡ رَّبِّكَ فَلَا تَكُنۡ مِّنَ الۡمُمۡتَرِيۡنَ

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."

[QS. Ali-Imron : 59 - 60]

Mereka tidak menerima apa yang dibawakan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Akhirnya Nabi mengajak mereka untuk Mubahalah (saling mendoakan keburukan laknat).

★ Maka turunlan Firman Allah dalam Quran Surat Ali-Imron ayat 61;

فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيۡهِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ الۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَاَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَاَنۡفُسَنَا وَاَنۡفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ اللّٰهِ عَلَى الۡكٰذِبِيۡنَ

"Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, katakanlah (Muhammad), "Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita ber-mubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."

[QS. Ali-Imron : 61]

Maka Nabi shalallahu'alaihi wasallam datang menuju orang-orang Nashoro sambil membawa Ali bin Abi Thalib, kemudian Nabi shalallahu'alaihi wasallam membawa kain dan didalam kain tersebut ada Hasan dan Hussein, kemudian Nabi juga mengajak Fatimah.

Nabi mengajak untuk Mubahallah kepada orang-orang Nashoro tersebut.

Dan Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkata,

"Kalau saya berdoa maka Aamiinkanlah."

Ketika Nabi sudah siap bermuhabalah, ternyata orang-orang Nashoro tersebut tidak berani.

Mereka berkata,

"Bahaya kalau dia memang ternyata benar-benar seorang Nabi kemudian kita saling laknat, maka kita tidak akan beruntung."

Akhirnya mereka tidak mau saling melaknat dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Mereka berkata,

"Ya Muhammad tidak ada saling Mubahalah, berilah hukum kepada kami."

Maka Rasulullahpun damai dengan mereka dengan menarik Jiziyah dari Nashoro di Najron.

Intinya adalah Hasan dan Hussein menjadi special karena Nabi mengajak Hasan dan Hussein untuk ikut serta dalam mubahalah untuk mengaminkan doa Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

4️⃣ Mereka berdua telah dipersaksikan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam sebagai Pemimpin.

◆ Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

الحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ الْجَنَّةِ

“al-Hasan dan al-Husain adalah sayyid (pemimpin) para pemuda di surga”

(HR. Tirmidzi).

◇ Suatu hari kata Hudzaifah,

"Aku datang kepada Nabi aku sholat Maghrib bersama Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Kemudian Nabi sholat sampai sholat Isya, kemudian aku keluar aku diikuti Nabi shalallahu'alaihi wasallam."

Intinya ada Malaikat yang datang kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam, kemudian Nabi kabarkan kepada Hudzaifah, 

"Tadi ada Malaikat yabg datang kepadaku dia minta ijin kepada Allah untuk mengucapkan salam kepadaku, Malaikat tersebut beri kabar gembira kepadaku bahwasanya Hasan dan Hussein adalah pemimpin para pemuda di Surga."

Hadits ini bahwasanya Hasan dan Hussein adalah para pemimpin di Surga, diriwayat oleh sekitar 18 sahabat (mutawatir).

◇ Diantara yang meriwayatkan adalah;

  1. Umar bin Khattab

  2. Ali bin Abi Thalib

  3. Abu Hurairah ad Dausi

  4. Abdullah bin Umar

  5. Abdullah bin Mas'ud

  6. Abdullah bin Abbas

  7. Abu Said al Khudri

  8. Al Hussein

  9. Jabir bin Abdillah

10. Usamah bin Zaid

11. Anas bin Malik

12. Hudzaifah ibnu Yaman

13. Qurrah bin iyyas Al Muzzani

14. Malik bin Al Huwairits

15. Al Barra bin Azib

16. Buraidah al Aslami 

17. Rifa'ah bin Zaayd

18. Jam al Balwi

Ini menunjukan bahwa Nabi sering mengulangi hal ini, mengabarkan bahwa dua cucunya adalah Pemimpin pemuda di surga.

Dan para sahabat juga semangat menyampaikan, karena mereka mencintai Ahlul Bait.

▪️Demikian juga Nabi secara Khusus menyebutkan tentang Al-Hasan.

Kata Nabi shalallahu'alaihi wasallam;

"Sesungguhnya cucuku al Hasan adalah Sayyid (pemimpin)."

◆ Ibnu Abdil Barr seorang Ahli Hadits dari Mahzab Maliki berkata;

"Telah datang hadits Mutawatir (banyak) dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam, bahwasanya Nabi berkata tentang Al Hasan bin Ali,

إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Sesungguhnya cucuku ini adalah pemimpin dan semoga Allah akan membiarkan dia hidup hingga dia mendamaikan antara dua kelompok besar dikalangan kaum Muslimin."

(Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok sahabat)

◆ Hadits lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

 هُمَا رَيْحَانَتَايَ مِنَ الدُّنْيَا. رواه البخاري 

“Keduanya (Hasan dan Husain) adalah dua buah tangkai bungaku di dunia”

(Riwayat al-Bukhari dan lainnya, Fathul Bâri VII/95, no. 3753)

◆ Abu Bakrah pernah berkata,

"Aku mendengar Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkhotbah diatas mimbar dan al Hasan disampingnya, terkadang Nabi melihat kepada jamaah terkadang Nabi melihat kepada al Hasan, Nabi berkata kepada para sahabat,

إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan/ mendamaikan antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai” 

(HR Ahmad dan lainnya)

Dan itu terjadi ketika Wafatnya Ali bin Abi Thalib, kemudian tampuk kepemimpinan diambil oleh al Hasan selama 6 bulan.

Kemudian terjadi perseteruan antara kubu Hasan dengan kubu Mauwiyyah.

Dan datanglah pasukan puluhan ribu, akhirnya al Hasan menyerahkan segala kepemimpinan kepada Muawiyyah, karena Hasan tidak ada minat dengan kepemimpinan. 

Dana Hasan tidak mau kaum muslimin terjadi pertumpahan darah dan fitnah.

Dan perbuatan Hasan ini adalah pujian dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Nabi memuji, 

"Sayyid yang membuat dia menjadi pemimpin yang hebat adalah dia rela menanggalkan tampuk kepemimpinan untuk diberikan kepada Muawiyyah yang berseteru dengan ayahnya yaitu Ali bin Abi Thalib."

Ini menunjukkan luar biasanya Hasan, jauh dari keinginan dunia sama sekali.

Oleh karena tahun tersebut tahun 41 Hijriah yang mendamaikan puluhan ribu dari dua kelompok dikenal dengan,

"Amul Jamaah (tahun persatuan)"

Yang menjadikan tahun tersebut tahun yang penuh berkah yang menjadikan kaum muslimin bersatu, sehingga kaum muslimin bisa jaya.

▪️Kecintaan Nabi kepada mereka berdua luar biasa.

Banyak Hadits menyatakan dihadapan para sahabat, bahwasanya Nabi mencintai mereka berdua.

◆ Hadits Usamah bin Zaid radhiallahu'anhu, beliau berkata;

 أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ طَرَقْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي بَعْضِ الْحَاجَةِ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى شَيْءٍ لَا أَدْرِي مَا هُوَ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ حَاجَتِي قُلْتُ مَا هَذَا الَّذِي أَنْتَ مُشْتَمِلٌ عَلَيْهِ قَالَ فَكَشَفَهُ فَإِذَا حَسَنٌ وَحُسَيْنٌ عَلَى وَرِكَيْهِ فَقَالَ هَذَانِ ابْنَايَ وَابْنَا ابْنَتِيَ اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُمَا فَأَحِبَّهُمَا وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُمَا قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

Usamah bin Zaid, dia berkata; 

“Suatu malam aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena ada beberapa keperluan, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dengan membawa sesuatu yang aku tidak mengetahui apa itu, ketika aku selesai dari keperluanku, aku bertanya; “Apa ini, sehingga anda menutupinya?” 

Lalu beliau membukanya ternyata adalah Hasan dan Husein yang berada di pinggulnya.

Beliau bersabda: 

“Ini adalah kedua anakku dan anak putriku, Ya Allah! Sungguh aku mencintai mereka berdua, maka cintailah mereka berdua dan orang yang mencintai keduanya.”

(Hadits ini adalah hadits hasan Hadits Tirmidzi Nomor 3702)

Nabi sengaja menampakkan hal ini dihadapan Usamah, padahal Nabi sangat mencintai Usamah.

Nabi ingin mengajarkan,

"Wahai Usamah ini dua cucuku special, cintailah mereka berdua, karena mencintai mereka berdua adalah agama."

Dan Nabi berdoa agar Allah mencintai orang yang mencintai mereka berdua.

◆ Hadits Abu Hurairah radhiallahu'anhu.

مَن أحبَّ الحسن والحُسين فقد أحبَّني، ومَن أبغضهما فقد أبغضني

"Siapa yang mencintai Al-Hasan dan Al-Husain, maka dia telah mencintaiku, dan siapa yang membenci keduanya, maka dia telah membenciku."  

(Hadits Shahih Riwayat Ibnu Majah)

◆ Dari Sa'ad bin Abi Waqas radhiallahu'anhu.

Beliau berkata, aku menemui Nabi shalallahu'alaihi wasallam , sementara Hasan dan Hussein sedang bermain di perut Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Aku bertanya,

"Wahai Rasulullah, engkau mencintai dua anak ini.?"

Kata Rasulullah,

"Bagaimama aku tidak mencintai mereka berdua, mereka adalah dua hal yang harum seperti tumbuh-tumbuhan yang harum."

◆ Dari Abu Ayub,

"Kenapa engkau tidak mencintai mereka berdua.? Mereka berdua bagiku adalah parfum di dunia, aku mencium merwka berdua."

◆ Hafits dari Abu Hurairah.

Nabi berdoa 3 kali,

"Ya Allah aku mencintai maka cintailah dia, dan cintailah orang yang mencintainya." 

? Akhlak Al-Hasan dan Al-Hussein radhialallahu'anhu.

Tentunya mereka berdua adalah orang-orang yang mulia.

Bagaimana tidak mulia, mereka tumbuh dalam suatu rumah yang penuh dengan keberkahan, dan kakeknya adalah Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

▪️Dari sisi Sifat Fisik.

⚡Al Hasan

》Wajahnya sangat mirip dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

◆ Dari Anas bin Malik, beliau berkata;

"Tidak seorangpun yang sangat mirip dengan Nabi seperti Al-Hasan bin Ali radhiallahu'anhu.:

◆ Dalam Shahih Bukhari.

Suatu hari Abu Bakar bersama Ali lewat, kemudian Abu Bakar mengangkat dan menggendong Hasan.

Abu Bakar mengatakan,

"Wahai Ali anak ini tidak mirip dengan engkau, tapi dia lebih mirip dengan Rasulullah."

Lalu Ali tertawa mendengar candaan Abu Bakar.

》Tampan dan kulitnya putih tercampur dengan sedikit kemerahan karena saking putihnya. Sangat mirip dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

⚡Al-Hussein

》Ada kemiripan dengan Nabi tapi tidak semirip Hasan.

》Hussein kalau dari sisi bentuk tubuhnya dan cara jalannya mirip dengan Mabi shalallahu'alaihi wasallam. Tapi kalau dari sisi wajah, Hasan lebih mirip kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

》Mereka berdua mempunyai kemiripan dengan kakek mereka Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.

◆ Muhammad bin Ishaq al Azzami berkata,

"Wajah Hasan mirip dengan Nabi, badannya Hussein mirip dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

▪️Dari sisi Sifat Akhlaq.

⚡Akhlaq mereka sangat luar biasa karena mereka dibimbing langsung oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dan Ayah mereka Ali bin Abi Thalib, dan ibu mereka Fatimah.

◆ Hadits yang masyhur yang diriwayat oleh Hasan adalah Hadits tentang doa Qunut.

"Rasulullah mengajarkan kepadaku tentang doa Qunut setelah witir."

⚡Tawadhu

Mereka berdua adalah orang yang sangat tawadhu.

◇ Hasan bin Ali.

- Suatu hari melewati sekelompok orang miskin, mereka sedang mengumpulkan potongan-potongan roti dari jalan-jalan lalu mereka makan bersama.

Kemudian mereka panggil Hasan yang sedang lewat untuk makan bersama mereka.

Maka Hasanpun memenuhi panggilan mereka dan dia berkata,

"Allah tidak suka dengan orang-orang yang sombong."

Lalu Hasan duduk bersama mereka, makan roti bekas bersama mereka. Setelah itu Hasanpun mengajak mereka untuk makan di rumahnya.

Maka Hasan kasih makan dan baju kepada mereka.

◆ Nabi pernah mengatakan,

"Kesederhanaan sebagian dari Iman."

- Suatu hari Hasan melewati anak kecil miskin lagi makan makanan, lalu mereka panggil Hasan.

(Tidak mungkin mereka panggil Hasan untuk makan bersama mereka kecuali Hasan orangnya membuka diri).

Maka akhirnya Hasan makan bersama mereka, setelah itu Hasan ajak mereka kerumah mereka dan memberikan hadiah kepada mereka.

Bahkan Hasan berkata dan menjelaskan kepada keluarganya,

"Mereka yang berjasa, mereka lebih utama dari saya, karena ketika mereka mengajak saya makan mereka tidak punya makanan kecuali cuma itu saja, dan itupun mereka masih mau ajak saya makan. 

Adapun saya kasih mereka makan, makanan kita banyak. Jadi mereka lebih berjasa dari pada saya."

◇ Al-Hussein.

Demikian juga dengan Al Hussein, ketika dia melewati orang miskin, maka diapun makan bersama orang miskin. Setelah makan dia mengajak orang miskin tersebut kerumah.

Hussein berkata,

"Keluarkan apa yang disimpan, berikan kepada mereka."

Inilah diantara tawadhunya Al-Hasan dan Al-Hussein.

tidaklah mereka demikian kecuali mereka mewarisi hal tersebut dari orang tua mereka dan kakek mereka.

⚡Kedermawanan.

Kalau kakek mereka Nabi shalallahu'alaihi wasallam, dikatakan oleh seorang Arab Baduy,

"Muhammad kalau sudah memberi sesuatu, seakan-alan tidak takut miskin sama sekali."

Maka sifat-sifat tersebut juga terwariskan kepada cucunya Hasan dan Hussein.

◆ Muhammad bin Sirrin seorang Tabiin berkata,

"Terkadang Hasan bin All kasih hadiah kepada satu orang saja 100 rb Dirham."

◆ Said bin Abdul Azis bercerita,

"Hasan ini orang kaya, suatu hari disamping Hasan ada seorang lelaki sedang berdoa, 'Ya Allah berikan aku 10.000 Dirham (sedang butuh)'

Maka Hasan mendengar orang ini berdoa, dia pulang kerumahnya kemudian dia kirim 10.000 Dirham untuk orang tersebut.

◆ Disebutkan juga ada seorang budak, dia sedang makan sepotong roti, kemudian dia sambil memberi makan kepada seekor anjing penjaga kebun.

Maka Hasan berkata,

"Kenapa kau kasih makan anjing, padahal roti itu cuma sedikit."

Kata orang itu,

"Aku malu, sementara anjing didepanku lapar dan aku tidak memberinya, aku malu."

Kemudian Hasan berkata,

"Jangan kau pergi, saya mau pulang dulu."

Maka Hasanpun pergi kemajikannya budak ini, kemudian dia beli budak itu dan dia merdekakan, kemudian Hasan beli itu kebun, kemudian Hasan hadiahkan kebun tersebut kepada budak ini.

Karena Hasan takjub melihat budah tersebut makan roti yang cuma sedikit lalu dibelah roti tersebut untuk diberikan kepada anjing.

Kemudian budak itu berkata,

"Wahai tuanku, aku telah mewaqafkan kebun ini kepada yang engkau menghadiahkannya kepadaku karenanya."

◇ Maksudnya,

"Hasan berikan kebun tersebut karena Allah, setelah aku terima pemberianmu, aku waqafkan karena Allah."

Intinya mereka berdua Al-Hasan dan Al-Hussein adalah orang-orang yang hebat dalam masalah kedermawanan

? Ibadahnya Al-Hasan dan Al-Hussein.

▪️Mereka berdua terkenal dengan sholat malam.

karena orang tua dan kakek mereka sangat perhatian dengan sholat malam.

Bukankah Nabi shalallahu'alaihi wasallam pernah datang kepada Ali dan Fatimah.

Kemudian Nabi mengatakan,

"Kenapa kalian tidak bangun sholat malam."

▪️Disebutkan bahwasanya mereka membagi malam menjadi dua.

- Di awal malam yang sholat malam adalah Al Hasan.

- Di akhir malam yang sholat malamnya adalah Al Hussein.

Jadi rumah tersebut di isi dengan ibadah.

▪️Keduanya sangat sering berpuasa sunnah, sholat, Haji dan sodaqoh.

◆ Ibnu Abbas berkata,

"Diantara hal yang aku sesalkan dimasa mudaku, aku tidak berhaji dengan jalan kaki. Hasan bin Ali 25 kaki Haji dengan jalan kaki."

◇ Ketika Hasan ditanya kenapa pergi Haji dengan berjalan kaki, sementara Nabi pakai Onta.

Kata Hasan,

"Aku malu ketemu Allah pada hari kiamat, sementara aku belum pernah jalan kaki menuju Ka'bah."

◇ Diikuti oleh adiknya Al Hussein.

Hussein demikian, dia berhaji 25 kali dengan jalan kaki, sementara Onta-ontanya dituntun dihadapan dia.

Disebutkan Hussein dia tidak lewat jalan umu, dia lewat jalan-jalan yang lain agar tidak menjadi perhatian orang-orang.

Dia khawatir orang-orang akan ikut dia, sehingga mereka hajinya berat. Sementara dia merasa masih muda maka berhaji dengan jalan kaki.

◇ Hasan dan Hussein kalau mereka tawaf di Ka'bah, semua orang datang kerumuni mereka ingin menguvapkan salam kepada mereka.

Siapa yang tidak ingin bertemu dengan cucunya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.

Apalagi mereka berdua adalah,

- Dua orang yang tampan

- Menyenangkan dipandang

- Dermawan

- Rajin ibadah dan luar biasa

◇ Diantara sifat Hasan kalau mau sholat.

Hasan kalau mau sholat kelihatan pucat, berubah warna tubuhnya.

Sampai Hasan berkata,

"Mestinya demikian kalau orang ingin bertemu dengan Allah berubah warna tubuhnya."

Artinya menunjukkan bahwa gimana keseriusan Hasan ketika hendak sholat.

◇ Demikian juga Hussein terkenal sholat malam.

Sampai Hussein ketika akan di bunuh diperistiwa Karbala, Hussein minta sholat ingin beribadah kepada Allah, dia minta waktu sebelum terjadi perang.

Dia berkata,

"Saya ingin beribadah kepada Rabb ku."

Itulah Hasan dan Hussein dikenal dengan ibadah-ibadah yang luar biasa.

Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Hasan dan Hussein bermain di punggung Nabi shalallahu'alaihi wasallam saat beliau sholat, sehingga beliau sujud begitu lama karena takut mengganggu keasyikan bermain Hasan dan Hussein. Riwayat ini dijadikan dalil, sementara orang-orang jika anaknya ribut dan sangat mengganggu jamaah sholat lainnya, maka tidak terus dilarang dan dibiarkan begitu saja. Bagaimana sebetulnya sikap kami menghadapi anak-anak yang sangat ribut di masjid.?

↪️  Jawab :

Kisah Nabi shalallahu'alaihi wasallam membawa anak seperti saat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam ketika sholat sambil menggendong cucunya, Umamah bin Abi al-Ash Radhiyallahu'anhu anak dari Zainab dan Abul Ash.

Demikian juga Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam pernah sholat, salah satu cucunya Hasan atau Hussein naik diatas pundak Nabi dan menjadikan Nabi kuda-kudaan, akhirnya Nabipun sujudnya lama.

Sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut, dia sujud lama kemudian dia angkat kepalanya ingin tahu, ternyata ada Hasan atau Hussein sedang naik dipundak Nabi.

Setelah Nabi selesai sholat para Sahabat bertanya,

"Wahai Rasulullah, engkau sujud lama sekali, apakah terjadi sesuatu atau ada wahyu yang turun."

Para sahabat bingung kenapa sujudnya lama.

Kemudian Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkata,

"Semua itu tidak ada, tetapi cucuku ini (Hasan atau Hussein) menjadikan aku kuda-kudaan, dan aku tidak suka menyegerakan dia turun sampai dia menyelesaikan kesenangannya."

Dari riwayat ini, bahwa oara sahabat tidak tahu kalau cucunya Nabi, Hasan atau Hussein sedang naik dipundak Nabi. Para Sahabat tidak mendengar suara teriakan anak-anak. Jadi cucu Nabi main tidak teriak-teriak.

Maka mereka bertanya ada apa Nabi sujudnya lama sekali, yang tahu sahabat Nabi yang tadi ketika angkat kepalanya melihat ada anak kecil di atas pundak Nabi.

Maksudnya ketika cucu Nabi, Hasan atau Hussein naik diatas pundak Nabi, dia tidak teriak-teriak, dia diam-diam saja sampai sahabat tidak tahu kalau ada anak kecil naik dipundak Nabi.

Seandainya cucu Nabi tersebut teriak-teriak pasti sahabat tahu.

Yang meriwayatkan tentang cucu Nabi, Hasan atau Hussein atau Umamah tidak disebutkan bahwa ketika diajak Nabi ke masjid mereka ribut kesana dan kesini. Mereka tidak ribut di masjid.

Benar kita membawa anak-anak kemasjid penting untuk melatih mereka.

Nabi pernah ketika sholat ingin memanjangkan sholat, tapi ketika Nabi mendengar anak kecil menangis, Nabi shalallahu'alaihi wasallam mempercepat sholatnya karena kasihan sama ibunya.

Dan itu hanya terjadi sekali.

Artinya dalil bahwasanya boleh bawa anak ke masjid itu ada. Tetapi kita tidak mendengar dalil bahwasanya ada kegaduhan dimasjid Rasulullah shalallahu'alahi wasallam.

Intinya bawa anak-anak ke masjid boleh karena mereka akan menjadi pemuda-pemuda dimasa depan, maka tanggung jawab besar kepada Ayahnya untuk mengingatkan anaknya agar tidak berisik di masjid. 

Diatur baik-baik, ketika sholat anak-anak jangan dibiarkan bergerombolan dibelakang, sang anak harus disamping bapaknya. Harus didik dan harus serius perhatikan anak.

Karena benar ada maslahat anak ini dibawa ke masjid, tapi jangan sampai kita merusak kemaslahatan umum terganggu. 

Kalau anak kita ternyata tidak bisa kita kontrol lari sana-sini, loncat sana-sini atau teriak-teriak. Lebih baik jangan dibawa ke masjid karena akan mengganggu.

Tapi kalau anak kita bisa diam dan tidak berisik dan bisa dikasih tahu, itu tidak ada masalah dan bagus.

Jadi yang kita lihat maslahat dan mudhorot.

Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Apakah boleh menamai anak dengan nama cucu Rasulullah, karena mengharapkan kebaikan yang sama pada anak-anak kami kelak.?

↪️  Jawab :

Tidak mengapa dan itu adalah kebiasaan yang baik memberi nama dengan orang-orang yang sholeh.

Lihat Ali bin Abi Thalib menamaian anak-anaknya dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Berarti dia menginginkan kesholehan kepada anak-anaknya.

Dan sejak dahulu kebiasaan memberi nama anak dengan nama orang sholeh, merupakan kebiasaan orang-orang Bani Isroil.

Ketika mereka berkata kepada Mariam, mereka mengatakan,

"Wahai saudari Harun (bukan Nabi tapi saudara Mariam yg diberi nama dengan nama Nabi Harun)."

Dan kebiasaan orang-orang sekarang menamakan dengan nama-nama yang baik. 

Apakah nama-nama para Sahabat atau Sahabiat, ataukah nama para Nabi. Kita berharap keberkahan nama kepada anak-anak kita, dan itu tidak mengapa.

Nabi sendiri menamakan putranya dengan nama Ibrohim.

Wallahu'alam bishowab.

https://amaliah.id/

Melanjutkan pembahasan kita tentang kisah dua cucu Nabi yang mulia yaitu Al Hasan dan Al Hussein radhiallahu'anhuma.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Al Hasan hidup di zaman kakeknya Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, kemudian di zaman Abu Bakar, Umar, Utsman kemudian sampai pada zaman Ali bin Abi Thalib.

Di mana banyak terjadi fitnah di zaman Ali bin Abi Thalib sebagaimana sudah sering disampaikan, ketika Utsman radhiallahu'anhu terbunuh dgn kedzaliman maka terjadilah perpecahan diantara kaum muslimin.

Dimana Muawiyah yang berada di negeri Syam dan merupakan gubernur negeri Syam belum membaiat Ali bin Abi Thalib, ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah yang ke empat.

Alasan Muawiyyah karena dia menuntut darah Utsman bin Affan agar para pembunuh Utsman ditangkap.

Namun Ali bin Abi Thalib punya pandangan lain bahwasanya kondisi sulit, keamanan belum stabil.

Seandainya Ali mulai menangkapi para pembunuh Utsman, sementara yang membunuh ribuan maka ini pekerjaan yang berat yang akan menimbulkan kemudhorotan yang besar.

Maka Ali menginginkan bahwasanya kaum muslimin bersatu terlebih dahulu sampai keamanan stabil, baru kemudian diambil satu demi satu.

Intinya terjadilah dua perang yang merupakan perang fitnah,

1. Perang Jamal, yang melibatkan Aisyah radhiallahu'anhu.

2. Perang Siffin, disebutkan dalam perang ini Ali bin Abi Thalib menyesal karena peperangan terjadi.

Disebagian riwayat Ali berkata,

"Aku tidak menyangka kalau sampai akan terjadi demikian."

Ketika Ali bin Abi Thalib melihat mayat-mayat yang bergelimpangan dari kaum muslimin, dalam riwayat Ali berkata,

"Semuanya di Surga, nanti diakhirat urusanku dengan Muawiyyah."

Al Hasan dan Al Hussein mengikuti peristiwa-peristiwa yang dialami oleh ayahnya Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.

Kemudian damailah kedua kubu tersebut setelah perostiwa tahkim.

Tapi ternyata hal ini tidak disetujui oleh Khawarij, maka keluarlah mereka di Harura kemudian terjadilah perang Nahrawan. 

Akhirnya Ali mengalahkan mereka dan Ali ketika memerangi khawarij tidak menyesal, karena dia tahu orang-orang khawarij adalah orang-orang yang diperintahkan oleh Nabi untuk memeranginya.

◆ Bahkan Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengatakan;

"Kalau aku (Muhammad shalallahu'alaihi wasallam) bertemu dengan mereka, aku akan perangi mereka dengan sungguh-sungguh."

◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam juga mengatakan;

"Yang terbaik adalah yang memerangi mereka, sungguh beruntung orang yang membunuh mereka atau dibunuh oleh mereka."

◆ Nabi shalallahu'alahi wasallam juga mengatakan;

"Bahwasanya yang memerangi khawarij dapat pahala yang besar disisi Allah, mereka adalah makhluk terburuk di atas muka bumi ini, lebih buruk dari pada hewan."

◇ Sebagian Ulama menafsirkan;

"Maksudnya lebih buruk daripada manusia dan hewan, karena kebengisan mereka dan mengkafirkan kaum muslimin."

Sehingga Ali bin Abi Thalib tidak pernah menyesal membunuh mereka kaum Khawarij.

Berbeda dengan Perang Jamal dan Perang Siffin dimana Ali ada penyesalan, karena banyak kaum muslimin yang meninggal dunia.

Setelah Khawarij dikalahkan, dua tahun berikutnya ada yang balas dendam.

Bagaimana tentang wafatnya Ali, ada seorang yang bernama Abdurrahman bin Muljam yang dia berjanji untuk membunuh Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.

Ketika Ali sedang keluar untuk sholat subuh, maka Abdurrahman bin Muljam mengangkat senjata dan mengatakan dengan suara yang keras hingga didengar oleh orang-orang di Masjid.

Dia berkata;

"Ya Ali, hukum adalah milik Allah bukan milik engkau wahai Ali dan juga milik teman-temanmu, bukan milik Amr bin Ash, bukan milik Abu Musa Al Asy'ari dan bukan milik Muawiyyah."

Kemudian Ali di tikam di kepalanya dengan pisau yang beracun yang telah disiapkan oleh Abdurrahman bin Muljam. 

Kemudian Ali menyuruh menangkap dan tertangkaplah Abdurrahman bin Muljam tersebut.

Ketika Ummu Kultsum binti Ali melihat Ali bin Abi Thalib menangis dan kemudian dilewati oleh Abdurrahman bin Muljam dia berkata;

"Buat apa kau menangis, aku telah membeli pisau tersebut dengan 1000 dirham dan aku telah meracuninya dengan racun seharga 1000 dirham. Ayahmu tidak akan selamat, seandainya pisau ini saya bagi untuk menikam seluruh penduduk Mesir semuanya akan mati, apalagi cuma untuk satu orang Ali bin Abi Thalib."

Demikianlah Allah menghendaki beliau mati syahid, sebagaimana Allah menghendaki Umar bin Khattab dan juga Utsman bin Affan meninggal dengan terbunuh. Demikian juga Hasan teracuni dan Hussein terbunuh.

Allah ingin memberikan pahala yang besar bagi mereka sehingga menyempurnakan derajat mereka diakhirat kelak.

◆ Sebagaimana perkataan Nabi shalallahu'alaihi wasallam;

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” 

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ 

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”

(HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185)

? Sebelum Ali bin Abi Thalib meninggal, maka beliau memberi wasiat kepada putra-putra beliau.

Ketika Ali bin Abi Thalib tahu dia akan meninggal dunia, Tabib mengatakan tidak mungkin dia bisa sembuh, maka Ali memanggil Hasan dan Hussein.

▶️ Wasiat Ali kepada kedua putranya. Ali berkata;

- Aku wasiatkan kalian berdua wahai putra-putraku untuk bertaqwa krpada Allah.

- Dan janganlah kalian mencari dunia meskipun dunia mencari kalian berdua.

- Janganlah kalian menangis atas perkara dunia yang diambil dari kalian berdua.

- Dan ucapkanlah kalian berdua perkataan yang benar.

- Rahmatilah anak yatim.

- Dan tolonglah orang-orang yang kesulitan.

- Berbuatlah untuk akhirat, kalian berdua melakukan apa saja niatkan untuk akhirat.

- Jadilah kau musuh bagi orang yang zalim.

- Jadilah kau penolong bagi orang terzalimi.

- Beramalah dengan apa yang ada di dalam Alquran.

- Dan janganlah kalian dalam membela agama Allah, jangan takut dengan cercaan siapapun.

Setelah itu Ali bin Abi Thalib memangdang kepada Muhammad bin Al Hanafiyah, anaknya Ali dari istri yang lain.

▶️ Kemudian Ali berkata;

"Wahai putraku Muhammad ibnu Hanafiyah, kau sudah hafal tadi wasiat yang aku sampaikan kepada saudara kedua kakak mu.? "Iya." 

Maka aku wasiatkan engkau seperti apa yang aku wasiatkan kepada kedua kakak mu. Dan aku wasiatkan engkau untuk menghormati kedua kakak mu, karena mereka berdua punya hak yang besar kepada engkau. Ikutilah perkara mereka berdua, dan jangalah engkau memutuskan suatu perkara tanpa persetujuan mereka berdua."

▶️ Kemudian Ali berkata lagi kepada kedua putranya;

"Wahai Hasan dan Hussein, aku wasiatkan engkau perhatian kepada adik mu ini Muhammad ibnu Hanafiyah, dia adalah putra bapak kalian berdua meskipun ibu kalian berbeda. Kalian berdua tahu wahai Hasan dan Hussein, aku juga mencintai Muhammad ibnu Hanafiyah."

▶️ Kemudian Ali berkata kepada Al Hasan;

- Wahai putraku, bertaqwalah kepada Allah, dan dirikan sholat pada waktunya, keluarkanlah zakat pada tempatnya, berwudhulah dengan baik, tidak ada sholat kecuali dengan bersuci, dan orang yang tidak bayar zakat tidak diterima sholatnya. 

- Aku wasiatkan kepada engkau wahai Hasan hendaknya engkau memaafkan kesalahan orang, hendaknya engkau meredam kemarahan, hendaknya engkau menyambung silahturahmi, dan hendaklah engkau bersikap santun kepada orang yang jahil kepadamu.

- Aku wasiatkan kepada engkau untuk tafaqquh fiddin (mempelajari ilmu agama), cek-kroscek dalam segala urusan.

- Aku wasiatkan engkau untuk perhatian kepada Alquran, bertetangga yang baik, beramar ma'ruf nahi munkar dan menjauhi perkara-perkara yang buruk.

Itulah wasiat-wasiat Ali yang diberikan kepada anak-anaknya.

Kemudian orang-orang disekitar Ali bin Abi Thalib meminta agar Ali bin Abi Thalib berwasiat siapa yang menjadi khalifah setelah Ali bin Abi Thalib.

Tapi Ali bin Abi Thalib tidak mau berwasiat, dia serahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam menyerahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kemudian wafatlah Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu, mati syahid dengan pembunuhan yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Muljam salah seorang dari khawarij.

Tatkala khabar tentang Ali bin Abi Thalib sampai kepada Muawiyyah bahwasanya Ali bin Abi Thalib meninggal dunia, maka Muawiyyahpun menangis.

Istrinya berkata;

"Apakah kau menangis atas wafatnya Ali bin Abi Thalib wahai Muawiyyah, sementara engkau telah memeranginya."

Muawiyyah berkata;

"Celaka engkau wahai istriku, engkau tidak tahu, dengan wafatnya Ali maka orang-orang kehilangan kemuliaan, kehilangan fiqih dan kehilangan ilmu."

Muawiyyah mengakui Ali lebih mulia daripada dirinya.

◆ Dalam riwayat lain, Muawiyyah mengatakan;

"Telah pergi Fiqih dan ilmu dengan wafatnya Ali bim Abi Thalib."

Saudaranya Utbah berkata;

"Jangan sampai penduduk negeri Syam mendengar engkau bilang seperti itu tentang Ali bin Abi Thalib, engkau memujinya."

Muawiyyah berkata;

"Apa urusanmu, tinggalkan aku, biarkan aku memuji Ali bin Abi Thalib."

? Kedudukan Ali bin Abi Thalib di sisi Muawiyyah.

Tatkala Muawiyyah bertanya tentang Ali bin Abi Thalib;

"Ceritakan kepadaku tentang Ali."

Maka orang yang ditanya berkata;

- Ali bin Abi Thalib kalau berkata kokoh dengan keputusan.

- Adil dan ilmu keluar dari sisi-sisinya.

- Yang dia ucapkan adalah hikmah.

- Dan Ali bin Abi Thalib menjauh dari dunia dan keindahannya.

- Dia menjadikan kegelapan malam sebagai teman (sholat malam).

Dan orang tersebut mengatakan;

"Kami hampir tidak berani bicara dengan Ali karena kharismatiknya."

- Ali bin Abi Thalib mengagungkan dan menghormati orang-orang yang beragama.

- Dan dia mendekatkan orang-orang miskin kepadanya.

- Pernah aku melihat dia suatu malam, ketika itu malam sudah sangat gelap, kemudian bintang-bintang juga sudah mulai meredup, dia memegang jenggotnya.

Dan Ali bin Abi Thalib ditengah malam tersebut menangis seakan-akan sangat bersedih.

Dan Ali berkata;

"Wahai dunia tipulah selainku, jangan engkau tipu diriku."

Intinya dia memuji Ali bin Abi Thalib dengan banyak pujian, dan Muawiyyahpun menangis ketika mendengar sifat Ali bin Abi Thalib.

Kemudian Muawiyyah berkata,

"Semoga Allah merahmati Ali bin Abi Thalib abu Hasan, memang demikianlah Ali."

Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal dunia maka Hasan akhirnya membunuh Abdurrahman bin Muljam.

Ketika itu sebelum membunuh, Hasan berkata;

"Apa permintaanmu.?" 

Kata Adurrahman bin Muljam;

"Demi Allah, aku kalau sudah bikin janji sama Allah aku pasti akan penuhi, aku telah berjanji kepada Allah bahwasanya aku akan membunuh Alin dan Muawiyyah, atau aku akan meninggal kalau tidak bisa bunuh mereka. Kalau kau mau biarkan aku bunuh Muawiyyah, dan aku kalau sudah bunuh Miawiyyah, berhasil atau tidak berhasil aku akan datang kepadamu dan aku akan meletakkan tanganku ditanganmu, silahkan kalau lakukan apa padaku, yang penting aku sudah bunuh Muawiyyah."

Hasan berkata;

"Tidak wahai Abdurrahman bin Muljam, sampai kua lihat neraka tidak ada izin bagimu."

Kemudian dibunuhlah Abudurrahman bin Muljam.

Disebutkan ketika Abdurrahman bin Muljam dipotong tangannya dan kakinya dia berdzikir kepada Allah, sampai ketika dia akan di potong lidahnya dia menangis, dia mengatakan;

"Saya tidak inhin meninggal dalam kondisi tidak berdzikir kepada Allah."

Itulah Khawarij bagaimana ibadah mereka yang kuat tapi mereka anjing-anjing neraka Jahannam.

? Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, Hasan radhiallahu'anhu berkhutbah dihadapan masyarakat.

◆ Sebagaimana diriwayatkan Umar bin Hubasyi, dia berkata;

"Hasan bin Ali berkhutbah kepada kami setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib."

▪️Dan Hasan berkata;

- Sungguh kemarin ada seorang telah meninggalkan kalian (yaitu bapaknya Ali bin Abi Thalib), tidak ada orang yang memiliki ilmu seperti dia dan orang-orang setelahnya tidak memiliki ilmu sepertinya. 

- Sungguh Rasulullah sahalallahu'alaihi wasallam mengutusnya, dan Rasulullah memberikan dia bendera peperangan, dia tidak kembali kecuali menang (dalam Perang Khaibar).

- Dia tidak meninggalkan harta emas maupun perak kecuali cuma 700 Dirham yang dia siapkan untuk keluarganya.

Kemudian setelah itu orang-orang mengangkat Al Hasan sebagai Khalifah. 

Karena Ali bin Abi Thalib tidak mengangkat Khalifah, dia berkata;

"Ya Allah pilihlah orang setelahku yang engkau kehendaki, dan Engkau mencabut nyawaku dan aku tinggal Engkau bersama mereka."

Artinya Ali menyerahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Akhirnya orang-orang datang membaiat Hasan.

▪️Diantara orang-orang yang membaiat Hasan adalah Qais bin Saad bin Ubadah al Anshori radhiallahu'anhu, dia berkata;

"Wahai Al Hasan, bentangkan tanganmu, aku baiat engkau diatas Kitabullah dan di atas Sunnah Nabimu."

Dan Hasan terima, dia berkata;

"Iya baiat kepadaku diatas Alquran dan Sunnah, kemudian di belakang itu ada semua syarat yang aku persyaratkan."

Akhirnya membaiat membaiat dan orang-orangpun membaiat Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.

▪️Apa Syarat Hasan;

Aku tidak akan membaiat kalian kecuali apa yang aku ucapkan kepada kalian.

- Berdamailah dengan orang yang aku berdamai dengannya.

- Dan perangilah orang yang aku peranginya.

Ini muqoddimah Al Hasan, seakan-akan sudah berfikir untuk berdamai dengan Muawiyyah.

Maka sejak awal dia ingatkan dengan syarat sebelum dibaiat.

? Al Hasan sepeninggalan Ayahnya.

Ali bin Abi Thalib meninggal di Kuffah Iraq dan di kubur di sana.

Kemudian Hasan memimpin dengan kondisi Kuffah di Iraq yang begitu mengerikan, orang-orangnya keras, kebenciannya mereka kepada penduduk Syam yang begitu luar biasa.

Dan mereka setiap saat siap untuk bertempur melawan pasukan Muawiyyah radhiallahu'anhu.

Kondisi yang kurang stabil, ini menuntut Hasan untuk bisa mengatur segalanya. Dan dia memimpin sampai sekitar 6 bulan.

Dan kepemimpinan Hasan adalah penutup dari Khilafatun Nubuwah yang dipuji oleh Allah.

◆ Berkata Nabi shalallahu'alaihi wasallam;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاء

“Khilafah kenabian itu bertahan selama 30 tahun kemudian Allah mendatangkan raja-raja kepada yang Allah kehendaki.

(HR. Ahmad)

◆ Khilafah kenabian selama 30 tahun kalau dihitung dari sisi kepemimpinan adalah;

- Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama 2 tahun 3 bulan.

- kekhalifahan Umar berlangsung selama 10 tahun 6 bulan.

- Kekhalifahan Utsman berlangsung selama 12 tahun.

- Kekhalifahan Ali berlangsung selama 4 tahun 9 bulan.

- Dan kekhalifahan al-Hasan berlangsung selama 6 bulan.

Dan beliau meninggal di bulan Rabiul Awal di tahun 41 Hijriah.

(Al Bidayah wan Nihayah).

Setelah wafatnya Al Hasan baru selesailah Khilafatun Nubuwah dan itu selama 30 tahun, itulah yang di puji oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Al Hasan dalam kondisi kuat dan dia punya pasukan yang kuat yang siap berperang untuk membelanya.

Namun dia punya fikiran lain, dia ingin mendamaikan kaum muslimin.

Maka Hasan jejak pendapat dengan sepupunya, diantaranya Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib.

Hasan berkata kepada Abdullah bin Ja'far;

"Aku punya pendapat dan aku harap kau ikuti aku. Aku ingin pergi dan tinggal di kota Madinnah dan aku biarkan Khilafah di pegang oleh Muawiyyah. Terlalu panjang fitnah dan begitu banyak darah berguguran, tali silahturahmi terputuskan karena masalah ini. Banyak ketidak stabilan, ekonomi misalnya. Kemudian banyak tempat-tempat daerah perbatasan yang tidak bisa dijaga."

(Hasan sebutkan mudhorot-mudhorot karena pertikaian diantara dua kubu ini yang tidak berhenti-berhenti)

Maka Abdullah bin Ja'far berkata;

"Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada engkau karena demi umat Muhammad, saya setuju dengan engkau wahai Hasan."

Lalu mereka memanggil Hussein dan Hussein datang.

Lalu Hasan berkata;

"Wahai saudaraku, aku punya pendapat, aku harap engkau mengikutiku."

Lalu Hasan menyampaikan apa yang dia sampaikan kepada Abdullah bin Ja'far.

Hussein berkata;

"Aku berlindung kepada Allah jangan sampai engkau mendustakan Ali dan engkau membenarkan Muawiyyah."

(Artinya seakan-akan Hasan membela Muawiyyah dan tidak membela bapaknya)

Hasan berkata;

"Demi Allah wahai saudaraku Hussein, aku tidak punya ide apapun kecuali engkau menyelisihiku."

Ketika Hussein melihat Hasan marah, Hussein berkata;

"Engkau yang paling tua diantara anak-anak Ali bin Abi Thalib, dan engkau adalah Khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib. Aku hanya mengikuti perkaramu, lakukanlah apa yang menurutmu baik."

Akhirnya Hussein setuju dengan ide Hasan. Maka setelah enam bulan mengatur kondisi Kuffah dengan berbagai macam problematikanya. Menenangkan masyarakat, dia melawan hawa nafsunya.

Hasan kalau mau perang bisa saja, dalam perang Siffin pasukan Muawiyyah hampir kalah (dalam sebagian riwayat).

Artinya pasukan Iraq banyak dan mereka marah kepada pasukan negeri Syam.

Hasan bukan dalam kondisi lemah yang orang-orang sangat benci kepada pembunuh Ali bin Abi Thalib. Dan mereka kait-kaitkan dengan penduduk Syam, padahal pembunuhnya orang Khawarij.

Intinya kalau Hasan mau membawa pasukan maka pasukan siap untuk memeranhi Muawiyyah.

Tetapi Hasan tinggalkan semua kemewahan dan jabatan itu, dia lawan hawa nafsunya.

Maka itulah Hasan telah meraih kepemimpinan yang hebat.

◆ Nabi pernah berkata;

"Sesungguhnya cucuku ini adalah pemimpin, dan semoga Allah mendamaikan diantara dua kelompok besar dari kaum muslimin dengan sebab dia."

Nabi mengatakan Al Hasan pemimpin, diantaranya karena dia bisa mendamaikan dua kubu yang sangat besar, yang jika tidak damai akan terjadi pertumpahan darah yang luar biasa.

Maka setelah mereka setuju, Hasan dan Hussein dan Qais bin Saad bin Ubadah (perwakilan dari kaum Anshor) berjalan menuju ke Muawiyyah ke negeri Syam untuk membaiat Muawaiyyah.

Sampai di Syam kemudian Muawiyyah berkata;

"Ya Hasan, bangunlah dan baiatlah."

Maka Hasan berdiri dan membaiat Muawiyyah.

Kemudian dia berkata ke Hussein;

"Bangunlah dan baiatlah."

Kemudian Husseinpun membaiat.

Kemudian dia berkata kepada Qais bin Saad bin Ubadah;

"Wahai Qais bin Saad bin Ubadah bangunlah dan baiatlah."

Maka Qais melihat kepada Hussein gimana.?

Kata Hussein;

"Ya Qais, imamku adalah Hasan maka jangan lihat kepadaku tapi lihat kepada Hasan."

Maka Hasanpun datang kepada Qais, dan Hasan berkata;

"Wahai Qais baiatlah Muawiyyah."

Maka Qaispun membaiat Muawiyyah.

Dan inilah pemimpin yang sesungguhnya Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, bukan pemimpin yang rela mempertahankan jabatannya meskipun banyak yang meninggal dia tidak perduli.

Dia tinggalkan dunia bahkan dia tinggalkan kepemimpinannya demi untuk mendamaikan kaum muslimin.

Dia tidak ingin ada darah yang tertumpah, meskipun orang-orang akan menghinakannya dan merendahkannya. 

Dia berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

? Setelah Tampuk Kepemimpinan diserahkan kepada Muawiyyah.

Apa yang terjadi setelah orang-orang tahu Al Hasan menanggalkan Tampuk kepemimpinan untuk diberikan krpada Muawiyyah.

Mereka mencela dan mereka hendak membunuh Al Hasan.

Setelah membaiat Muawaiyyah, Hasan berkata kepada rakyatnya;

"Aku berharap aku menjadi orang yang paling ingin nasihat yang terbaik bagi hamba-hamba Allah, dan sungguh tidak ada dalam hatiku kepada seorangpun, tidak ada kebencian, tidak ada dendam, tidak ada hasad, tidak ada itu semua. Aku lakukan ini bukan karena apa-apa, kalian tidak suka kita berdamai, tapi ketahuilah perdamaian itu lebih baik daripada yang kalian sukai yaitu perang.

Sesungguhnya aku menjadi wakil kalian aku memandang kalian lebih baik daripada pandangan kalian terhadap diri kalian sendiri. Janganlah kalain selisihi perkara dan keputusanku. Dan jangan kalian bantah aku, semoga Allah mengampuniku dan mengampuni kalian."

Maka mereka saling melihat dan komentar dan mencela;

"Dia ingin berdamai dengan Muawiyyah, dia lemah."

Sampai ada dari orang-orang Kuffah kemudian segera datang ingin menikam Hasan.

Kemudian Hasanpun menghindar.

Ada seorang yang bernama Al Jarrah bin Sinan membawa semacam palu atau kapak dan menuju Hasan, dia berkata;

"Engkau telah berbuat syirik wahai Hasan, sebagaimana bapakmu telah syirik juga."

Kemudian diapun memukul Hasan dan kena pahanya Hasan dan robek dan hampir sampai ke tulangnya.

Kemudian Hasan memukul wajahnya, Hasanpun memeluknya kemudian mereka berdua jatuh ketanah, dan ada orang yang mengambil palunya dan memukulnya. Lalu orang tersebut meninggal dunia.

Orang-orang banyak mencela Hasan, mereka tidak setuju dengan keputusan Hasan. Mereka maunya perang, mereka benci kepada Muawiyyah dan Ahlul Syam.

Sampai Hasan menasehati mereka Ahlul Iraq, 

"Wahai penduduk Iraq, bertaqwalah kepada Allah tentang haq kami, kami ini adalah pemimpin-pemimpin kalian dan kami juga tamu-tamu kalian datang dari Madinnah untuk mengurusi kalian. Kami adalah Ahlul Bait yang Allah berfirman tentang kami.

★ Allah Ta'ala berfirman;

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

[QS. Al-Ahzab : 33]

Dan Hasan mengulangi-mangulangi sampai orangpun menangis mendengar perkataan Hasan.

Demikianlah Al Hasan ketika dia berniat menyelamatkan darah kaum muslimin, dia melepaskan haq dan jabatannya demi untuk mempersatukan umat. Maka yang dia dapatkan hinaan dan cercaan dari orang-orang Iraq yang hasad dan benci kepada dia.

Sampai diantara mereka ada yang berkata;

"Assalamualaika wahai orang yang telah menghitamkan wajah kaum mukminin." (mempermalukan kaum mukminin)

Padahal Nabi memuji Hasan karena sebab ini.

Hasan berkata;

"Jangan kau bilang begitu kepadaku, aku tidak ingin kalau tidak terjadi perdamaian, aku khawatir kalian perang sampai kalian meninggal dunia."

Orang tersebut berkata;

"Demikianlah memang kalian keturunan yang buruk, bapak dan anak."

(Mereka tahu bapaknya Ali dan kakeknya Nabi shalallahu'alaihi wasallam)

◆ Dalam riwayat lain.

Ketika Hasan datang ke kota Kuffah, maka Abu Amir Sofyan bin Laila berkata;

"Assalamualaika wahai yang menghinakan kaum mukminin."

Hasan berkata;

"Jangan kau berkata demikian wahai Abu Amir, aku bukanlah orang yang menghinakan kaum mukminin, aku tidak ingin membunuh kalian karena kekuasaan."

(Artinya kalau Hasan mau memperjuangkan kekuasaan bisa, tapi Hasan tidak mau mereka menjadi korban)

Bahkan diantara mereka ada yang berkata;

"Wahai kau kehinaan bagi kaum mukminin."

Hasan berkata;

"Kalau kau bilang itu terhina, lebih baik keneraka Jahannam."

? Kenapa Hasan mengalah kepada Muawiyyah.

★ Allah Ta'ala berfirman;

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”

[Al-Hujurat: 10]

◆ Nabi juga menjelaskan,

إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan / mendamaikan antara dua kelompok besar ummat Islam yang sedang bertikai”

(HR Ahmad dan lainnya).

◆ Hasan juga tidak ingin ada orang mati karena sebab dia dan karena kekuasaan.

Hasan berkata;

"Aku tidak ingin nanti dihari kiamat 70.000 orang - 80.000 orang datang dan mereka bertanya kenapa darahnya harus ditumpahkan."

(Hasan sudah perkirakan, karena kalau sudah perang akan habis-habisan)

Jadi Hasan berdamai dengan Muawiyyah tentunya dengan persyaratan,

- Muawiyyah harus berpegang dengan Kitabullah dan sunnah Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

- Dan menyatukan umat diatas satu kepemimpinan.

Ada manfaat yang didapat,

Ketika umat sudah bersatu maka bisa fokus untuk memperluas daerah kaum muslimin. Bisa berdakwah sana sini mengajak orang untuk bisa masuk Islam.

Kalau ada permasalahan dalam negeri susah untuk dijalankan, mereka akan diserang oleh orang-orang kafir ketika itu.

Kemudian Hasan dan Hussein setelah itu pergi ke Madinnah dan menetap di kota Madinnah.

Berdakwah dan mengajarkan Hadits-hadits Nabi shalallahu'alaihi wasallam, meninggalkan segala kekuasaaan dan kepemimpinan.

Dan itulah pemimpin yang sejati yang rela meninggalkan kepemimpinannya demi kemaslahatan besar bukan mengikuti hawa nafsu sehingga tumpah darah kaum mukminin.

Ketika Muawiyyah kemudian menjadi Khalifah dan tahun tersebut dengan tahun Amul Jamaah (Tahun Persatuan).

Ini sesuatu yang sangat indah bagi kaum mukminin, tidak ada lagi peperangan dan pertumpahan darah.

Muawiyyah bisa fokus untuk mengurus kaum muslimin.

Muawiyyah memuliakan Hasan dan Hussein.

Muawiyyah mengirim pemberian kepada Hasan dan Haussein setiap tahun. Sebagai bentuk penghormatan dia kepada Ahlul Bait Hasan dan Hussein.

Bahkan satu hari Hasan tidak bisa datang mengambil pemerian, maka Muawiyyah yang kirim langsung kepada Al Hasan tanpa Al Hasan harus meminta.

Ini sebagai bentuk penghormatan Muawiyyah kepada Hasan dan Hussein.

? Bagiamana Wafatnya Al Hasan radhiallahu'anhu.

Setelah beliau menetap di Kota Madinnah dan di hormati oleh Muawiyyah.

Hasan meninggal karena sebab racun.

◆ Sebagian Ulama mengatakan.

"Hasan wajahnya sangat mirip dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam, maka wafatnya juga mirip dengan Nabi yaitu di racun."

Nabi meninggal karena di racun oleh wanita Yahudi pada Perang Khaibar diberikan racun, dilerakkan dikambing, kemudian kambingnya dimakan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Racun tersebut sempat masuk ke dalam tubuh Nabi shalallahu'alaihi wasallam kemudian 4 tahun berikutnya Nabi meninggal karena sebab racun tersebut.

Maka Hasanpun demikian. Ketika wajahnya, perilakunya dan akhlaknya mirip dengan Nabi, dan wafatnyapun Allah bikin mirip dengan wafatnya Mabi shalallahu'alaihi wasallam yaitu di racun.

◇ Ada riwayat yang mengatakan bahwasanya yang meracuni Hasan adalah istrinya yang bernama Ja'dah binti Asy'ats.

◇ Ada yang mengatakan bahwasanya Yazid bin Muawiyyah itulah yang telah memerintahkan Ja'dah binti Asy'ats untuk meracuni Hasan.

Tapi ini semua tidak ada riwayatnya yang shahih, semua riwayatnya lemah.

Entah siapa yang meracuni Hasan, bisa jadi orang-otang Iraq yang jengkel atas perbuatan Hasan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Muawiyyah.

Disebutkan Hasan beberapa kali diracuni dan dia sabar.

Tapi kali ini racunnya sangat luar biasa.

◆ Suatu hari Umair bin Ishaq berkata;

Aku dan seorang dari Quraisy menemui Al Hasan. Saat itu Hasan dalam kondisi sakit, Hasan berkata;

"Aku telah muntahkan, racun itu luar biasa, sampai mengeluarkan sebagian hatiku yang terpotong, dan aku pegang potongan hati tersebut dan aku lihat bolak-balikan di atas kain."

(Hasan lihat bagaimana hatinya sendiri lepas dari tubuhnya sampai dia meninggal dunia)

Hasan berkata;

"Aku telah diberi racun berulang-ulang dan aku bersabar, namun selama ini aku tidak pernah diberi racun sekeras ini."

Kemudian Al Hussein datang menemui Hasan, melihat Hasan dalam kondisi sakit tergeletak diatas tempat tidurnya.

Kemudian Hussein berkata;

"Abu Muhammad sauadaru Hasan (kunyahnya Abu Muhammad), sampaikanlah kepadaku siapa yang telah meracunimu."

Hasan berkata;

"Kenapa aku harus kabarkan kepada engkau siapa yang meracuniku."

Hussein berkata;

"Demi Allah aku akan bunuh dia sebelum aku kuburkan engkau, kalau ternyata dia tidak disini dan ditempat lain, aku kana kirim orang untuk bunuh dia."

Bagi Hasan dunia tidak ada nilainya dan dia tidak ingin melihat pertumpahan darah.

Hasan berkata;

"Wahai saudaraku Hussein, dunia ini hanya hari-hari yang akan sirna, jangan kau bunuh dia, biarkan aku bertemu dengan dia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Hasan tidak menyebut siapa pemberi racun tersebut, rahasia tidak ada yang tahu, dia tidak inhin ada fitnah dan orang terbunuh karena sebab dirinya.

Suatu hari ketika Hasan sudah parah, sempat dia mengeluarkan rasa sakit.

Karena kita tahu orang yang sudah mau meninggal ada rasa sakit.

Tapi dia sempat mengeluarkan rasa sakit yang dikeluarkan dari perkataannya.

Maka Hussein menegur;

"Wahai Abu Muhammad (Hasan), apa ini rasa sakit yang kau ungkapkan, kenapa kau harus mengucapkan rasa sakit, cuma perkara ruhmu keluar dari jasadmu wahai Hasan. Tidak usah kau ungkapkan rasa sakit.

Tinggal ruhmu keluar dari jasadmu kemudian kau bertemu dengan bapakmu Ali dan ibumu Fatimah, dan engkau bertemu dengan kakek dan nenekmu Nabi Muhammad dan Khadijah. Dan kau akan bertemu dengan paman-pamanmu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ja'far dan juga bertemu dengan Al Qasim, dan kau bertemu dengan bibi-bibimu Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Zainab."

Setelah Hussein menyampaikan hal tersebut maka Hasanpun tenang, maka nampaklah wajahnya bercahaya.

Kemudian dia berkata kepada saudaranya Hussein;

"Wahai saudaraku Hussein, aku telah masuk pada suatu perkara yang aku tidak pernah masuk dalam perkara ini sebelumnya. Aku melihat makhluk-makhluk Allah yang sebelumnya aku tidak pernah melihatnya (mungkin melihat malaikat dan semisal)."

Maka Husseinpun menangis melihat kakaknya akan meninggal dunia.

Kemudian Hassan berkata kepada orang disekitarnya;

"Kuburkanlah aku disisi kakekku Nabi Muhammad shalallahu'alahi wasallam, kecuali kalau kalian khawatir akan terjadi pertumpahan darah karena aku dikuburkan di samping kakekku maka jangan. Jangan kalian tumpah darah karena sebab aku. Tapi kuburkan aku di Baqi pekuburan kaim muslim."

Kemudian Hasan mengirim utusan kepada Ummul Mukminin Aisyah minta izin untuk dikubur di sisi Mabi shalallahu'alaihi wasallam.

Maka Aisyah setuju dan mengatakan;

"Silahkan tidak masalah."

Kemudian Hasan berkata kepada Hussein,

"Aku minta izin kepada Aisyah kalau aku meninggal maka aku dikuburkan dirumahnya bersama Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Saya khawatir dia setuju karena gara-gara malu. Kalau aku meninggal tanya lagi untuk kedua kali. Kalau dia kelihatan senang dan setuju maka kuburkanlah aku. Tapi kalau terlihat terpaksa mungkin rasa malu maka kuburkan aku dipekuburan kaum muslimin."

Kemudian Al Hasan merasakan rasa sakit dan racun semakin mengganas, dan usus-ususnya terputus-putus sampai dia muntahkan hatinya.

Ketika dia tahu dia bakalan meninggal dunia, kondisi yang sangat sakit tidak membuat dia untuk mengingat Allah.

Kemudian Hasan berkata orang disekitarnya;

"Keluarkan tempat tidurku dipelataran rumah, aku ingin melihat bagaimana kerajaan langit."

Maka merekapun keluarkan tempat tidur Hasan.

Kemudian Hasan memandang kearah langit, kemudian Hasan berkata;

"Ya Allah aku berharap dapat pahala dengan mengorbankan jiwaku, sesungguhnya ini adalah jiwa yang paling berharga bagiku."

Artinya;

Hasan rela meninggal diracuni, dia berharap pahala dari hal tersebut, dia tidak ingin tertumpahkan darah kaum muslimin, dia ingin mengabarkan siapa yang membunuhnya.

Dan dia tau kalau dia sudah di racun berulang-ulang, tapi racun kali ini dia tidak selamat.

Kemudian Hasanpun menutupkan kedua matanya untuk berpisah dengan dunia tanpa dia terfitnah, tanpa dia tenggelam dengan dunia maka wafatlah Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.

Tatkala Hasan meninggal dunia, Husseinpun datang ke Aisyah minta izin untuk menguburkan Hasan di rumahnya Aisyah.

Maka Aisyah berkata;

"Kemuliaan, silahkan kuburkan dirumahku. Tetapi ada seorang yang bernama Marwan bin Hakam bersama sebagian orang tidak setuju."

Mereka mengatakan;

"Bagaimana Utsman tidak dikuburkan disamping Nabi, lantas bagaimana Hasan dikuburkam disamping Nabi shalallahu'alaihi wasallam."

Terjadi kegaduhan, kemudiam Abu Hurairah berbicara;

"Seandainya didatangkan putranya Musa untuk dikuburkan bersama Musa, apakah dilarang, bukankah itu kezaliman. Ini Hasan anaknya Nabi, dia didatangkan untuk dikuburkan bersama bapaknya (Muhammad shalallahu'alaihi wasallam).

Mereka tetap enggan, mereka beralasan Utsman dikuburkan di Baqi, bagaimana Hasan mau dikuburkan disamping Nabi, sementara Utsman lebih mulia daripada Hasan.

Akhirnya daripada ribut dan Hussein sempat marah, maka akhirnya Abu Hurairah maju dan menasehati mereka. Dan akhirnya Hasan dikuburkan di Al-Baqi.

Perkara Hasan ini membingungkan orang-orang Syiah Rofidho.

Makanya mereka tidak begitu mengagungkan Hasan. Yang sering mereka ucapkan Hussei.

Karena Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawaiyyah dan mereka mengkafirkan Muawiyyah.

Sementara iman 12 mereka seluruhnya Ma'sum.

Disinilah yang mereka tidak bisa jawab peristiwa anata Hasan dan Muawiyyah.

Kalau Muawiyyah kafir kenapa Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada orang kafir, bukankah ini tidak boleh.

Masalahnya kalau Hasan ma'sum (tidak mungkin salah), berarti perbuatan Hasan memberikan kepemimpinan kepada Muawiyyah adalah perbuatan benar.

Sehingga mereka bingung dan sampai sekarang mereka orang-orang Syiah tidak bisa menjawab teka-teki ini.

Wallahu'alam bishowab.

?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Dahulu Al Hasan berbaiat kepada Muawiyyah karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah antara kaum muslimin. Ingin bertanya tentang hadits Nabi yang akan menggantikan Khalifah tersebut tentang Al Mahdi diakhir zaman, apakah benar.? Mohon penjelasan.!

↪️  Jawab :

Masalah Al Mahdi tidak ada nash yang tegas, apakah Al Mahdi keturunan Al Hasan atau Al Hussein. Tapi kebanyakan Ahlul Sunnah berpendapat bahwasanya Al Mahdi keturunan Al Hasan. 

Sebagai bentuk ketika kakeknya Al Hasan menanggalkan kepemimpinan maka digantikan oleh cucunya, yaitu Al Mahdi nanti yang bernama Muhammad bin Abdillah atau Ahmad bin Abdillah. 

◆ Nabi mengatakan,

يُوَاطِىءُ اِسْمُهُ اِسْمِيْ وَاسْمُ أَبِيْهِ اِسْمَ أَبِيْ. 

“Namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama bapakku.”

(Sunan Abu Dawud [XI/370])

Apakah dia Al Hasani atau Al Husseini ada khilat. 

- Orang Syiah mengatakan keturunan Al Husseini.

- Ahlul Sunnah mengatakan keturunan Al Hasani.

Diantara penjelasan ulama Ahlul Sunnah karena dahulu Al Hasan menanggalkan kepemimpinan maka akan digantikan oleh cucunya nanti dipenghujung zaman memimpin kaum muslimin.

Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Diluar tema, kalau kita pernah mendzolimi orang tapi tidak bisa minta maaf langsung ke orang tersebut, karena menghindari hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Apa bisa meringankan dosa kita.?

↪️  Jawab :

Wallahu'alam bishowab Ustadz tidak tahu, tapi seharusnya selama memungkinkan untuk bertemu minta maaf maka seharusnya itu dilakukan, agar urusan kita tidak panjang diakhirat.

Wallahu'alam bishowab.

3️⃣ Disebutkan bahwa Hasan bin Ali dibaiat langsung oleh rakyat untuk menjadi khalifah menggantikan Ali. Apakah bisa disimpulkan bahwa pemilihan Khalifah itu harus dipilih oleh ahlul halli wal aqdi tapi langsung bisa dipilih oleh rakyatnya.?

↪️  Jawab :

Seharusnya yang syar'i memang demikian, bahwasanya dipilih oleh ahlul halli wal aqdi (orang-orang yang punya kompeten untuk memilih), sebagaimana ketika Umar akan meninggal dia memilih 6 orang untuk menentukan siapa khalifah.

Yaitu orang-orang yang terpandang yang punya pengaruh terhadap masyarakat, kemudian bertaqwa kepada Allah.

Merekalah sebenarnya yang berhak untuk memilih khalifah/pemimpin agar tidak terjadi kegaduhan.

Ketika orang-orang yang punya pengaruh luar biasa kepada masyarakat ini bisa memilih, maka kegaduhan bisa diminimalkan dan stabilitas keamanan bisa terjadi.

Wallahu'alam bishowab.

 Sumber: https://amaliah.id/