Type Here to Get Search Results !

PENAKLUKAN PERSIA


Al-Ustadz Idral Harits Thalib Abrar حفظه الله تعالى

Di MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Futuhat Islamiyah (Kemenangan Islam) akan terus berlanjut. Ketika Rasulullah ﷺ diutus, manusia sudah tersebar di beberapa wilayah di dunia, di Asia, Eropa, dan Afrika.

Kekuatan terbesar saat itu dipegang oleh imperium Romawi di barat dan Persia di timur. Akan tetapi, dua kekuatan tersebut tidak berdiri di atas agama yang benar dan lurus. Persia menyembah api dan memeluk agama Majusi sebagai keyakinan mereka. Adapun bangsa Romawi memeluk agama Nashrani, tetapi tidak memelihara dengan benar ajaran yang dibawa oleh Nabi 'Isa عليه السلام. Mereka mengubah-ubah agama itu sesuai menurut selera mereka.

Akibat penyimpangan akidah tersebut, dua kekuatan ini tidak mampu membawa peradaban manusia berkembang semakin baik. Berbagai ketidakadilan tersebar dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan syirik sebagai kezaliman paling besar adalah hal yang biasa. Bahkan menjadi budaya yang dilestarikan serta dibela mati-matian. Karena itu, tidak mengherankan jika kejahatan lain juga tumbuh dengan suburnya.

Di zaman itu pula, ternyata masih ada orang-orang Yahudi tinggal di beberapa wilayah, seperti Syam, Irak, dan Hijaz. Akan tetapi, ajaran Nabi Musa عليه السلام yang ada di kalangan mereka sudah banyak berubah. Berbagai pemikiran filsafat dan khurafat telah menodai kesucian kitab-kitab yang ada di tangan mereka. Sebab itu pula, keadaan tersebut tidak mendukung kemajuan peradaban manusia, apalagi untuk menaikkan martabat mereka sebagai manusia. 

Dalam keadaan zaman seperti itulah, Rasulullah ﷺ diutus membawa risalah langit untuk membawa manusia dari kegelapan yang bertumpuk menuju cahaya yang terang benderang. Akhirnya, selama dua puluh tiga tahun beliau berdakwah, terbentuklah prototipe masyarakat maju yang beradab sepanjang masa.

Selama kurang dari seperempat abad itu, dengan bimbingan Allah Ta'ala, Rasulullah ﷺ berhasil membentuk manusia-manusia yang membawa pencerahan dan kemajuan di semua bidang. Tidak satu negeri pun yang mereka masuki dan mereka taklukkan, kecuali membuktikan bahwa merekalah sesungguhnya guru dalam bidang kemanusiaan dan urusan dunia lainnya.

DI MASA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ

Sepeninggal Rasulullah ﷺ, pintu-pintu kemenangan terus dibukakan oleh Allah Ta'ala untuk shahabat-shahabatnya. Dimulai dengan penaklukan Bani Hanifah yang murtad, hingga mereka kembali ke pangkuan Islam, menjadi peringatan bagi kabilah-kabilah Arab lainnya di sekitar Madinah untuk tidak mengambil tindakan yang sama.

Setelah Islam semakin kuat di Yamamah, keadaan pun aman dan tenang. Kabilah-kabilah Arab semakin yakin dengan kekuatan kaum muslimin. Untuk sementara, Khalifah Abu Bakar yang menggantikan Rasulullah ﷺ memimpin kaum muslimin merasa tenang, karena sudah tidak ada lagi kemungkinan serangan dari orang-orang Arab yang ingin memberontak. 

Khalifah memandang jauh ke depan. Kembali terngiang-ngiang di telinganya sabda Rasul yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya. Dahulu, ketika bersama-sama memecah batu, menggali parit dalam peristiwa Khandaq, Rasulullah ﷺ pernah mengatakan bahwa beliau melihat kerajaan Persia, dan kekayaan negeri itu akan jatuh ke tangan kaum muslimin lalu akan digunakan untuk jalan Allah. Khalifah ingin mewujudkannya, dan agaknya telah tiba waktunya. 

Khalifah segera mengirim surat kepada Panglima Khalid memberi perintah agar membawa pasukan muslimin menuju Irak, dimulai dari Ubullah yang terletak di tepi sungai Tigris. Khalifah mengingatkan agar pasukan muslimin tetap mengajak manusia kembali kepada Allah عزوجل, atau membayar jizyah, atau perang. Khalifah juga mengingatkan agar Khalid tidak memaksa kaum muslimin untuk ikut, dan tidak pula meminta bantuan kepada mereka yang pernah murtad dari Islam walaupun sudah kembali. 

Begitu mendapat perintah melalui surat itu, Khalid رضي الله عنه segera bersiap meninggalkan bumi Yamamah.

Khalifah juga mengirim surat kepada 'Iyadh bin Ghunm yang telah berhasil menaklukkan Daumatil Jandal untuk segera menuju Irak. Kepada kedua panglima ini, Khalifah menegaskan bahwa siapa saja di antara mereka yang lebih dahulu sampai di Irak, dialah yang menjadi pemimpin bagi seluruh pasukan. Dan Khalid bersama pasukannya tiba lebih dahulu di Irak. 

Di tempat lain, Al Mutsanna Haritsah yang telah menang dalam peperangan di Bahrain meminta izin kepada Khalifah agar ikut menaklukkan Irak. Khalifah mengizinkannya, maka dia pun berangkat dengan kekuatan 8000 orang, menyusul pasukan Khalid bin Al Walid. 

Setelah bertemu dengan Khalid dan pasukannya, segera Khalid membagi-bagi pasukannya menjadi tiga batalion dan berangkat menempuh jalan yang berbeda. Kelompok pertama, dipimpin oleh Al Mutsanna dengan Zhufar sebagai penunjuk jalan, berangkat dua hari sebelum Khalid bertolak. 

Kelompok kedua 'Adi bin Hatim dan 'Isham bin 'Amr dengan penunjuk jalan masing-masing Malik bin 'Abbad dan Salim bin Nashr, salah satu dari kedua kelompok ini mendahului yang lain satu hari sebelumnya. Setelah itu, Khalid dan pasukannya mulai bergerak dengan penunjuk jalan Rafi'.

Sesampainya di wilayah Persia itu, Khalid memulai gerakan militernya dengan mengirim surat kepada seluruh pembesar kerajaan Persia, termasuk para gubernur di wilayah Irak. Isi surat itu tidak hanya mengajak mereka kepada Islam. Tetapi juga menampilkan sikap kepahlawan barisan muslimin, bahwa yang mereka cari hanya dua, kemenangan atau mati syahid.

“Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnul Walid kepada para pembesar Persia. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk 

Amma ba'du: 

Segala puji hanya milik Allah yang telah memporak-porandakan kaki tangan kalian, dan merenggut kerajaan kalian, serta melumpuhkan tipu muslihat kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat kami, jadilah ia seorang muslim. la akan mendapatkan hak seperti yang kami dapatkan, dan ia mempunyai kewajiban seperti kewajiban kami. 

Bila telah sampai kepada kalian surat ini, hendaklah kalian mengirimkan kepadaku jaminan, dan terimalah perlindungan dariku. Kalau tidak, maka demi Allah yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, akan kukirimkan kepada kalian satu kaum yang mencintai kematian, seperti kalian yang sangat mencintai hidup...!” 

Para pembesar yang menerima surat tersebut terheran-heran melihat keberanian dan seruan Khalid. Tetapi bangsa Arab bukanlah bangsa yang masuk dalam perhitungan mereka. Bagi mereka, bangsa Arab adalah bangsa terbelakang, tidak berbudaya, bahkan tidak memiliki kekuatan besar, sehingga tidak perlu diperhitungkan.

Hurmuz yang menerima surat itu segera mengirimkannya kepada Syira bin Kisra dan Azdasyir bin Syira. Hurmuz segera mengumpulkan kekuatan dan segera bertolak menuju Kazhimah. Masing-masing sayap pasukan itu dipimpin oleh Qabbadz dan Anusyjan, dari pihak keluarga kerajaan. 

Hurmuz adalah pembesar yang terkenal bengis tetapi cerdik, dan paling kafir. Kedudukannya cukup tinggi, dan ini diketahui dari mahkota yang dikenakannya. Semakin mahal perhiasan mahkota tersebut, semakin tinggi pula kedudukan pemiliknya. Mahkota Hurmuz ditaksir seharga seratus ribu dinar.

والله أعلم

Khalid tiba bersama pasukannya yang berjumlah 2000 orang yang sebelumnya ikut memerangi orang-orang murtad. Kemudian bergabung pula 8000 orang dari kabilah Rabi'ah. Setelah itu Khalid menulis surat kepada tiga orang pembesar yang ada di Irak, yang juga sudah siap berjihad, agar bersatu menyerang Irak. Ketiga pembesar itu adalah Ma'dzur bin 'Adi Al 'Ijli, Sulma bin Al Qayn At Tamimi, dan Harmalah bin Murabthah At Tamimi. 

Surat itu diterima baik dan ketiga pembesar itu pun menggabungkan pasukan mereka yang jumlahnya dengan pasukan Al Mutsanna adalah 8.000 personil. Akhirnya, kekuatan pasukan muslimin bertambah menjadi 18.000 orang. Mereka berkumpul di Ubulla.

Sebagaimana telah diceritakan sebelum memasuki Irak, Khalid sudah menulis surat peringatan kepada Hurmuz pemimpin Persia di perbatasan Ubulla. 

Setelah mendekati wilayah pertempuran, Khalid memecah pasukannya menjadi tiga dan memerintahkan masing-masing memilih jalannya sendiri-sendiri, tidak dari satu jalan saja. Strategi ini disengaja Khalid untuk menepis adanya blokade-blokade. Akhirnya, di bagian depan, berangkatlah Al Mutsanna, kemudian pasukan kedua adalah pasukan 'Adi bin Hatim Ath Tha'i, dan terakhir adalah pasukan Khalid, dan berjanji bertemu di Hudhair. 

PASUKAN RANTAI

Hurmuz sudah tahu perjalanan pasukan Khalid dan tahu pula bahwa kaum muslimin berjanji untuk bertemu di Hudhair. Maka ia pun mempercepat gerak pasukannya untuk mendahului kaum muslimin tiba di tempat tersebut. Hurmuz menempatkan Qubbadz dan Anusyjan di bagian depan pasukan. 

Sampailah berita kepada Khalid bahwa orang-orang Persia sudah bersegera menuju Hudhair. Sebab itu, Khalid membawa pasukannya menjauh dari Hudhair menuju Kazhimah, tetapi Hurmuz sudah mendahului pula dan berhenti di tempat yang cukup persediaan airnya. 

Adapun Khalid berhenti di tempat yang tidak ada persediaan airnya. Khalid berkata kepada shahabat-shahabatnya, “Turunkan beban-beban kalian, kemudian rebut air mereka. Demi Allah, air itu akan mengalir untuk golongan pasukan yang paling sabar dan tentara paling mulia.”

Kaum muslimin segera menurunkan beban-beban mereka. Sedangkan kuda-kuda masih berdiri tegak, dan pasukan pejalan kaki mulai mendekati orang-orang kafir. 

Allah Ta'ala yang Maha Pemurah mulai mengirimkan awan dan menurunkan hujan di bagian belakang barisan kaum muslimin. Akhirnya, kaum muslimin menjadi kuat dengan tersedianya air yang melimpah untuk bekal mereka. 

Itulah sebagian bukti kebersamaan Allah Ta'ala dengan para wali-Nya yang beriman.

Akhirnya, kedua pasukan itu saling berhadapan. 

Hurmuz panglima Persia dikenal sebagai orang yang jahat dan curang, bahkan menjadi simbol dengan kejahatannya. Hurmuz sudah mendengar ketangguhan Khalid di medan laga. Oleh karena itu, ia berusaha melakukan muslihat untuk mengalahkan Khalid dan kaum muslimin dengan cepat. 

Beberapa pengawalnya diperintahkan untuk maju bersamanya ke tengah-tengah lapangan antara kaum muslimin dan Persia. Hurmuz mulai berjalan ke depan dan menantang Khalid agar maju bertanding satu lawan dengannya. 

Khalid menyambut tantangan itu dan turun dari kudanya. Dengan tenang, Khalid berjalan ke tengah gelanggang sambil menghunus pedangnya. Hurmuz juga mulai maju. 

Tiba-tiba, begitu mendekat, Hurmuz menyerang Khalid. Tetapi dengan enteng Khalid mengelak.

Kedua pedang mulai beradu. Beberapa saat keduanya masih tangguh dan saling tebas.

Dalam satu kesempatan, Khalid berhasil menelikung Hurmuz. Tetapi, beberapa pengawal Hurmuz segera maju hendak menyergap Khalid ketika beliau lengah.

Qa’qa’ bin ‘Amr yang diturunkan dalam pasukan Khalid melihat kecurangan itu segera memacu kudanya bersama beberapa orang berkuda lainnya menyerang pengawal Hurmuz. Melihat keadaan ini kaum muslimin di belakang Qa’qa’ segera menyerbu. 

Tentara Persia dengan kekuatan dan persenjataan lengkap segera menyambut serangan muslimin.

Bunyi gemerincing rantai menggema menyelingi suara takbir dan jerit kematian. Pasukan Persia memang menggunakan rantai. Mereka mengikat kaki-kaki mereka agar tidak lari dari medang perang. Inilah salah satu alasan perang ini dinamakan juga Dzatu Salasil (pasukan rantai).

Walaupun jumlah kaum muslimin jauh di bawah tentara Persia, tetapi semangat iman yang ada di hati mereka seakan meruntuhkan gunung. Kekuatan inilah yang sesungguhnya dihadapi oleh tentara penyembah api.

Dengan cepat, pertempuran itu diselesaikan oleh kaum muslimin. Puluhan ribu prajurit Persia yang bertahun-tahun terlatih dalam strategi perang yang canggih saat itu bergelimpangan sia-sia. Kenyataan ini pula menambah dendam anak cucu dinasti Sasanid hingga saat ini terhadap kaum muslimin, khususnya bangsa Arab (Quraisy-ed).

Akhirnya, kaum muslimin memperoleh ganimah yang berlimpah, dibawa oleh seribu ekor unta. Tetapi, kaum muslimin tidak menyerang para petani yang mereka jumpai di wilayah Persia. Para petani ditawari untuk menerima Islam, kalau mereka menerima, ada kewajiban zakat dari hasil pertanian mereka. Kalau mereka tak mau masuk Islam, mereka harus menyerahkan jizyah yang jauh lebih kecil daripada yang dirampas raja-raja Persia dari petani-petani tersebut.

Seperlima rampasan itu dikirim oleh Khalid kepada Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq. Sedangkan sisanya dibagi-bagi di antara para prajurit muslim.Termasuk yang dikirimkan kepada Khalifah adalah mahkota Hurmuz yang bertakhtakan permata, yang harganya sampai seratus ribu dinar. 

Akan tetapi, mahkota itu justru dikembalikan Khalifah kepada Khalid sebagai hadiah untuk si Pedang Allah.

Berturut-turut, wilayah Irak mulai membuka dan menyerahkan diri kepada Tentara Allah. Bala bantuan yang diinginkan Hurmuz terlambat datang. Bahkan kedatangan mereka pun sia-sia, karena menghadapi orang-orang yang merindukan bertemu dengan Allah sebagaimana orang-orang Persia yang sangat mencintai hidup. 

Hampir 30.000 orang prajurit Persia mati di tangan kaum muslimin, setelah mereka memasuki wilayah Irak berikutnya, yaitu Madzar.

Jatuhnya Madzar semakin menambah kemarahan dan dendam orang-orang Persia. Raja mereka segera mengirim pasukan besar untuk menghentikan laju kaum muslimin. Tetapi, siapa yang dapat menahan tentara Allah? Siapa yang dapat mencegah kekuatan iman jika sudah menerjang?

Dalam pertempuran di wilayah Waljah, kekalahan Persia demikian memalukan. Khalid bertanding dengan seorang tentara Persia yang kekuatannya sebanding dengan seribu prajurit. Tetapi dengan mudah Khalid membunuhnya.

والله أعلم.

Sumber: https://www.atsar.id/