Khalid tiba bersama pasukannya yang berjumlah 2.000 orang yang sebelumnya ikut memerangi orang-orang murtad. Bergabung pula 8.000 orang dari kabilah Rabi’ah. Khalid kemudian menulis surat kepada tiga orang pembesar yang ada di Irak, yang juga sudah siap berjihad, agar bersatu menyerang Irak. Ketiga pembesar itu adalah Ma’dzur bin ‘Adi al-‘Ijli, Sulma bin al-Qain at-Tamimi, dan Harmalah bin Murabthah at-Tamimi.
Surat itu diterima baik dan ketiga pembesar itu pun menggabungkan pasukan mereka yang jumlahnya bersama pasukan al-Mutsanna adalah 8.000 personil. Akhirnya, kekuatan pasukan muslimin bertambah menjadi 18.000 personil. Mereka berkumpul di Ubulla. Sebagaimana telah diceritakan, sebelum memasuki Irak, Khalid sudah menulis surat peringatan kepada Hurmuz, pemimpin Persia, di perbatasan Ubulla.
Setelah mendekati wilayah pertempuran, Khalid memecah pasukannya menjadi tiga dan memerintahkan setiap pasukan memilih jalannya sendiri-sendiri, tidak dari satu jalan saja. Strategi ini disengaja Khalid untuk menepis adanya blokade-blokade. Akhirnya, di bagian depan, berangkatlah al-Mutsanna, kemudian pasukan kedua adalah pasukan ‘Adi bin Hatim ath-Tha’i, dan terakhir adalah pasukan Khalid. Mereka bersepakat bertemu di Hudhair.
Pasukan Rantai
Hurmuz sudah mengetahui arah pergerakan pasukan Khalid dan tahu pula bahwa kaum muslimin berjanji untuk bertemu di Hudhair. Ia pun mempercepat gerak pasukannya untuk mendahului kaum muslimin tiba di tempat tersebut. Hurmuz menempatkan Qubbadz dan Anusyjan di bagian depan pasukan.
Sampailah berita kepada Khalid bahwa orang-orang Persia sudah bersegera menuju Hudhair. Sebab itu, Khalid membawa pasukannya menjauh dari Hudhair menuju Kazhimah, tetapi Hurmuz sudah mendahului pula dan berhenti di tempat yang cukup persediaan airnya.
Adapun Khalid berhenti di tempat yang tidak ada persediaan airnya. Khalid berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Turunkan beban-beban kalian kemudian rebut air mereka. Demi Allah, air itu akan mengalir untuk golongan pasukan yang paling sabar dan tentara paling mulia.”
Kaum muslimin segera menurunkan beban-beban mereka dalam keadaan kuda-kuda masih berdiri tegak dan pasukan pejalan kaki mulai mendekati orang-orang kafir.
Allah Yang Maha Pemurah mulai mengirimkan awan dan menurunkan hujan di bagian belakang barisan kaum muslimin. Akhirnya, kaum muslimin menjadi kuat dengan tersedianya air yang melimpah untuk bekal mereka. Itulah sebagian bukti kebersamaan Allah Subhanahu wata’ala dengan para wali-Nya yang beriman. Akhirnya, kedua pasukan itu saling berhadapan.
Hurmuz adalah Panglima Persia yang dikenal sebagai orang yang jahat dan curang, bahkan menjadi simbol dengan kejahatannya. Hurmuz sudah mendengar ketangguhan Khalid di medan laga sehingga ia berusaha melakukan muslihat untuk menwgalahkan Khalid dan kaum muslimin dengan cepat.
Beberapa pengawalnya diperintahkan untuk maju bersamanya ke tengah-tengah lapangan antara pasukan kaum muslimin dan Persia. Hurmuz mulai berjalan ke depan dan menantang Khalid agar maju bertanding satu lawan satu dengannya. Khalid menyambut tantangan itu dan turun dari kudanya. Dengan tenang, Khalid berjalan ke tengah gelanggang sambil menghunus pedangnya. Hurmuz juga mulai maju. Tiba-tiba, begitu mendekat, Hurmuz menyerang Khalid. Tetapi, dengan enteng Khalid mengelakkan serangan lawan. Kedua pedang mulai beradu. Beberapa saat keduanya masih tangguh dan saling tebas.
Dalam satu kesempatan, Khalid berhasil menelikung Hurmuz. Tetapi, beberapa pengawal Hurmuz segera maju hendak menyergap Khalid ketika beliau lengah.
Qa’qa’ bin ‘Amr yang diturunkan dalam pasukan Khalid melihat kecurangan itu segera memacu kudanya bersama beberapa orang berkuda lainnya menyerang pengawal Hurmuz. Melihat keadaan ini, kaum muslimin di belakang Qa’qa’ segera menyerbu. Tentara Persia dengan kekuatan dan persenjataan lengkap segera menyambut serangan muslimin.
Bunyi gemerincing rantai menggema menyelingi suara takbir dan jerit kematian. Pasukan Persia memang menggunakan rantai. Mereka mengikat kaki-kaki mereka agar tidak lari dari medang perang. Inilah salah satu alasan perang ini dinamakan juga Dzatu as-Salasil (pasukan rantai).
Walaupun jumlah kaum muslimin kalah jauh dibandingkan dengan tentara Persia, tetapi semangat iman yang ada di hati mereka mampu "meruntuhkan gunung". Kekuatan inilah yang sesungguhnya dihadapi oleh tentara penyembah api. Bagaimana mungkin mereka menang?
Dengan cepat pertempuran itu diselesaikan oleh kaum muslimin. Puluhan ribu prajurit Persia yang bertahun-tahun terlatih dalam strategi perang yang canggih saat itu bergelimpangan sia-sia. Kenyataan ini pula menambah dendam anak cucu dinasti Sasanid hingga saat ini terhadap kaum muslimin, khususnya bangsa Arab (Quraisy, ed.).
Akhirnya, kaum muslimin memperoleh ghanimah yang berlimpah, dibawa oleh seribu ekor unta. Tetapi, kaum muslimin tidak menyerang para petani yang mereka jumpai di wilayah Persia. Para petani secara baik-baik ditawari untuk menerima Islam. Kalau mereka menerima, ada kewajiban zakat dari hasil pertanian mereka. Kalau tidak, mereka harus menyerahkan jizyah yang nilainya tetap jauh lebih kecil daripada yang dirampas oleh raja-raja Persia dari petani-petani tersebut.
Dari ghanimah tadi, seperlimanya dikirim oleh Khalid kepada Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq, sedangkan sisanya dibagi-bagi di antara para prajurit muslim.Termasuk yang dikirimkan kepada Khalifah adalah mahkota Hurmuz yang bertakhtakan permata, yang harganya mencapai seratus ribu dinar. Akan tetapi, mahkota itu justru dikembalikan Khalifah kepada Khalid sebagai hadiah untuk si Pedang Allah.
Berturut-turut, wilayah Irak mulai membuka dan menyerahkan diri kepada tentara Allah Subhanahu wata’ala. Bala bantuan yang diinginkan oleh Hurmuz terlambat datang. Bahkan, kedatangan mereka pun sia-sia karena menghadapi orang-orang yang merindukan bertemu dengan Allah Subhanahu wata’ala sebagaimana orang-orang Persia yang sangat mencintai hidup. Hampir 30.000 orang prajurit Persia mati di tangan kaum muslimin setelah mereka memasuki wilayah Madzar.
Jatuhnya Madzar semakin menambah kemarahan dan dendam orang-orang Persia. Raja mereka segera mengirim pasukan besar untuk menghentikan laju kaum muslimin. Tetapi, siapa yang dapat menahan tentara Allah Subhanahu wata’ala? Siapa yang dapat mencegah kekuatan iman jika sudah menerjang?
Dalam pertempuran di wilayah Waljah, kekalahan Persia demikian memalukan. Khalid bertanding dengan seorang tentara Persia yang kekuatannya setara dengan seribu prajurit. Tetapi, dengan mudah Khalid membunuhnya. Wallahu a’lam.
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits)
Sumber: https://asysyariah.com/